JABAR EKSPRES – Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan, istilah ini mendadak menjadi perbincangan hangat di platform sosial media TikTok.
Namun, seberapa dalam kita mengenal makna sebenarnya dari Rebo Wekasan ini? Apakah ini hanya tradisi yang berkembang di kalangan umat Islam, ataukah ada aspek mistis yang lebih dalam di baliknya?
Rebo Wekasan, yang jatuh pada hari Rabu terakhir dalam bulan Hijriyah, Safar, mengundang perhatian khusus tahun ini karena jatuh pada tanggal 13 September 2023.
Baca juga : Dibalik Istilah “Wang Pak Tan” yang Viral di Sosial Media, Apa Sebenarnya Arti dan Maknanya?
Dalam kalender ini, hari Rebo Wekasan dianggap memiliki konotasi khusus yang berkaitan dengan musibah dan bala. Namun, seberapa benar keyakinan ini?
Sebagai tradisi yang mengakar dalam budaya Indonesia, khususnya di kalangan umat Islam, Rebo Wekasan di yakini sebagai hari di mana Allah SWT di katakan menurunkan lebih dari 500 bala atau bencana.
Inilah mengapa umat Islam di anjurkan untuk melakukan berbagai amalan sebagai upaya menolak bencana ini.
Amalan ini bervariasi di berbagai daerah di Indonesia. Beberapa umat Islam melakukan shalat memohon perlindungan dari bencana atau Sholat Hajat. Sementara yang lain melarungkan berbagai jenis makanan ke laut sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi ini.
Namun, apakah semua keyakinan ini benar adanya? Menurut penjelasan Buya Yahya, seorang ulama terkemuka, dalam sebuah video yang di unggah pada 30 Oktober 2023, tidak ada dasar ajaran Rasulullah SAW yang mengaitkan hari seperti ini dengan amalan khusus atau peringatan bencana.
Dalam pandangannya, setiap hari adalah baik, dan tidak ada yang bisa di sebut sebagai hari naas atau bala, kecuali jika kita melakukan perbuatan maksiat.
Buya Yahya menyampaikan bahwa cerita mengenai Rebo Wekasan berasal dari seorang sholeh yang meramalkan akan terjadi bencana pada hari tersebut. Namun hal ini bukanlah ajaran yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Bahkan, menurutnya, tidak ada amalan khusus yang harus di lakukan pada hari seperti ini bisa untuk menolak bala.