JABAR EKSPRES – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan kajian terhadap potensi wisata astronomi untuk mengamati fenomena luar angkasa di Observatorium Nasional Timau, Amfoang, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kajian astronomi budaya di sekitar Observatorium Nasional Timau sangat diperlukan untuk mendukung wisata astronomi yang minim polusi cahaya,” tutur Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN Thomas Djamaluddin, dikutip dari ANTARA oleh Jabarekspres.com, Jumat, 8 September 2023.
Amfoang menjadi lokasi dengan malam tercerah dalam setahun, sekitar 70 persen. Oleh karena itu, BRIN memutuskan membangun Observatorium Nasional Timau.
BACA JUGA: BRIN: Perubahan Iklim Berdampak Signifikan Terhadap Populasi Tumbuhan di Bumi
Observatorium itu digunakan untuk melakukan pengamatan luar angkasa yang memiliki teleskop optik berdiameter 3,8 meter dan teleskop radio bentuk parabola berdiameter 20 meter.
Selain itu, Observatorium Nasional Timau juga memiliki dua teleskop optik kecil berdiameter 50 centimeter, antena Dipole Array 100m x 100m, dan magnetometer.
Kepala Pusat Riset Manuskrip Literatur dan Tradisi Lisan BRIN Sastri Sunarti mengungkapkan bahwa wilayah Amfoang mempunyai tradisi lisan lokal yang bisa dijadikan alat pendukung wisata astronomi. Menurutnya, ilmu astronomi budaya dapat dimanfaatkan sebagai modal pariwisata langit malam.
“Selain matahari, rasi bintang juga digunakan dalam penentuan musim. Ini menjadi pengetahuan yang menjadi budaya atau tradisi lisan yang kuat bagi masyarakat Amfoang,” ucap Sastri.
“Ilmu pengetahuan tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya secara lisan,” tambahnya.
Dia juga mengatakan bahwa terdapat sejumlah istilah yang memiliki kaitan dengan ilmu astronomi budaya di dalam lingkungan Amfoang yang juga memiliki kaitan dengan astronomi modern.
BACA JUGA: Batu Dua Sumedang: Wisata yang Lagi Hype, Cocok Buat Pecinta Alam
‘Noel Neno‘ merupakan istilah astronomi budaya di Amfoang yang memiliki arti ‘sungai di langit’, yang biasa orang sebut dengan Bimasakti atau Milky Way. Ada juga ‘Maklafu Kotog‘ rasi Pleiades yang digunakan Amfoang untuk menentukan akhir musim kemarau dan awal musim hujan.
“Terbenamnya ‘Sua Oni‘ atau Bintang Kejora atau Venus di awal malam digunakan sebagai penandda awal kegiatan panen madu hutan. Itulah saat malam yang sangat gelap,” jelasnya.