“Untuk pasir Buluh sepertinya tidak memungkinkan, karena rawan longsor. Tinggal di daerah Cipatat, Padalarang, dan Citapen. Tapi ini kita harus lakukan kajian dulu, apakah lokasinya cocok atau tidak,” tambahnya.
Ibrahim Aji menerangkan kebutuhan lahan TPA di Bandung Barat memang sudah sangat mendesak bukan saja karena ada kebijakan pengurangan sampah dari DLH Jabar. Tapi juga karena pertimbangan waktu operasional TPA Sarimukti segera habis pada tahun 2024. Ditambah biaya angkut sampah ke Logok Nangka sangat besar.
“Bandung Barat memang sudah harus punya TPA sendiri. Bukan karena ada kebijakan pengurangan, tapi karena Sarimukti akan habis dan biaya angkut ke Legok Nangka sangat besar. Jadi kita harus punya mandiri. Kalau pun gak beli lahan, minimal sewa dulu,” paparnya.
Selain menyediakan lahan untuk pembuatan TPA mandiri, Bandung Barat akan mengoptimalkan fungsi bank sampah dan TPS3R. Harapannya, 78 ton sampah yang tak bisa diangkut ke Sarimukti bisa ditangani sehingga tak bercecer di ruang publik.
“Kita punya 14 TPS3R yang aktif hanya 4, maka sisa 10 akan kita aktifkan kembali. Bank sampah dari 45 unit yang aktif sekarang baru 25 unit, jadi kita aktifkan lagi yang 20 unit sisanya. Tak cuma itu, kita juga akan gencarkan edukasi masyarakat supaya benar-benar ikut pilah sampah,” tandasnya. (Mg5)