Pengamat Sebut Duet Anies Cak Imin Bertemu karena Alotnya Penentuan Cawapres di Koalisi Awal

JABAR EKSPRES – Pengamat Politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan turut merespon gonjang ganjing duet Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Menurutnya duet itu terjadi karena problematika di koalisi awal yang masih alot dalam penentuan Calon Wakil Presiden (Cawapres).

Firman menguraikan, koalisi di Indonesia sejak dulu memang cenderung pragmatis. Sangat jarang pembentukannya karena faktor kesamaan ideologi yang bisa jadi cenderung lebih solid.

“Jadi fenomena ini biasa saja dalam format koalisi di Indonesia,” terangnya kepada Jabar Ekspres.

Menurut Firman, duet pasangan Anies – Cak Imin terbangun juga bukan tanpa sebab. Faktor problematika pemilihan Cawapres di internal koalisi awal masing – masing tokoh itu jadi pemicu duet tersebut. “Meskipun ini secara resmi masih ditunggu deklarasinya,” sambungnya.

Di kubu Cak Imin misalnya, ia mulanya cukup percaya diri saat membangun koalisi Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) bersama Prabowo Subianto atau Gerindra. Karena saat itu peluang Cak Imin untuk jadi cawapres cukup besar.

“Proposalnya PKB kan Cak Imin Cawapres,” jelas Firman.

Seiring berjalannya waktu, KKIR mengalami gonjang – ganjing dengan bergabungnya PAN dan Golkar. Peluang Cak Imin untuk jadi cawapres mengecil karena ada Airlangga dari Golkar atau Erick Thohir yang diusulkan PAN.

“Malah nama koalisi sudah dirubah jadi Indonesia Maju, sepertinya juga tanpa sepengetahuan Cak Imin,” jelasnya.

Sementara di kubu Koalisi Perubahan, penentuan cawapres juga berjalan alot. AHY sudah jadi harga mati bagi Demokrat untuk bisa menjadi cawapres. Tapi di sisi lain hal itu cukup resisten bagi Nasdem.

Sehingga mempertemukan kepentingan Nasdem dan PKB untuk mencari formad baru koalisi. Yang ujungnya adalah duet Anies Cak Imin.

Duet tersebut juga sudah memenuhi syarat parliamentary threshold. Kursi Nasdem dan PKB sudah cukup untuk tiket pilpres 2024.

Anies tetap capresnya Nasdem sedangkan Cak Imin tetap bisa cawapres,” urainya.

Firman melanjutkan, dari dulu Nasdem juga sudah mewanti – wanti bahwa Anies membutuhkan pendamping yang memiliki basis masa di Jatim atau dalam hal ini Nahdiyin. Untuk hal itu, pendekatan kepada Khofifah pernah dilakukan termasuk opsi selanjutnya adalah Yenni Wahid. Tapi keduanya belum ada titik terang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan