JABAR EKSPRES – Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melaporkan bahwa persediaan pupuk bersubsidi di daerah tersebut berada dalam kondisi aman, karena sejak Januari hingga akhir Juli 2023, penyerapan pupuk hanya mencapai 16-26 persen dari kuota yang tersedia.
Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono, menjelaskan bahwa alokasi pupuk bersubsidi jenis Urea sejumlah 23.534 ton, dan Phonska dialokasikan sebanyak 12.102 ton.
BACA JUGA: Gerakan Sigap Bulog Papua dan Papua Barat untuk Stabilkan Harga Pangan
Data hingga akhir Juli menunjukkan bahwa penyerapan pupuk jenis Urea baru mencapai sekitar 16 persen, atau sekitar 3.852,4 ton, sementara Phonska tersalurkan sebanyak 3.148,9 ton, atau sekitar 26 persen.
Raharjo menyatakan bahwa tidak ada masalah terkait stok pupuk bersubsidi saat ini. Stok pupuk subsidi masih tersedia di gudang distributor, dan Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul telah mengeluarkan edaran kepada kelompok tani untuk mengatur penyerapan pupuk bersubsidi. Edaran tersebut memuat imbauan terkait persiapan lahan untuk masa tanam 2023-2024 serta tata cara penebusan pupuk guna memudahkan proses penyiapan lahan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi, menjelaskan bahwa penyerapan pupuk bersubsidi di wilayah ini berbeda dengan daerah lain di DIY seperti Bantul dan Sleman. Perbedaan ini disebabkan oleh pola tanam yang tergantung pada musim hujan.
BACA JUGA: Kalsel Expo 2023 Sediakan 250 Stan untuk UMKM, Targetkan Rp10 Miliar
Rismiyadi menjelaskan bahwa daerah ini sangat tergantung pada musim hujan untuk penanaman, berbeda dengan daerah lain yang memiliki sistem irigasi. Penyerapan pupuk bersubsidi oleh petani di daerah Gunungkidul terjadi saat awal musim hujan, biasanya mulai dari bulan September atau Oktober.
“Dalam daerah lain, pupuk bisa diambil pada triwulan pertama dan kedua, sementara di Gunungkidul baru dimulai pada triwulan ketiga. Hal ini tentu memengaruhi penyerapan pupuk pada saat ini,” jelasnya.