JABAR EKSPRES – Soal perbedaan penilaian kualitas udara di Depok, M Idris lebih percaya penilaian dari KLKH, jika memang alatnya salah Wali Kota Depok ingin alatnya diganti.
Seperti diketahui, dari hasil Air Quality Index (AQI) US pada Kamis (24/8), Depok menjadi kota tertinggi polusi udara.
Namun hasil itu berbeda dengan alat yang digunakan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok yaitu Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Depok sampai sekarang memang dalam kondisi sedang,” katanya, M Idris.
BACA JUGA : Final PBSI Cup x Eagle Cup di Saksikan Sekaligus Ditutup Oleh Bupati Sumedang
Pemkot memasang ISPU di empat lokasi padat kendaraan. Yaitu di Jalan Margonda, Jalan Raya Sengon, Jalan Juanda dan Jalan Raya Bogor.
“Kita selalu pakai alat yang sudah diberikan dari kementerian LH untuk mengukur udara di Depok,” ujarnya.
Idris mengatakan hasil dari IQAir berbeda dengan ISPU. Idris menegaskan standar yang dipakainya adalah berdasarkan yang diberikan pemerintah pusat.
“Tidak sesuai dengan alat yang sudah diberikan. Kita tidak kepada LSM, organisasi survei segala macam, tapi kita kepada kementerian, sebab di mereka adalah induk kita, yang memberikan alat juga mereka. Kalau memang alatnya salah ya kita minta ganti gitu,” ungkapnya.
BACA JUGA : Hasil Tes DNA Terbukti 99,99%, Dua Bayi di Bogor Tertukar
Dengan kondisi udara yang diklaim kategori sedang saat ini, diharapkan tidak berubah menjadi lebih buruk. Idris pun melakukan berbagai upaya antisipasi untuk pencegahan.
“Mudah-mudahan tidak naik lagi, ekstremnya begitu. Karena ini harus diantisipasi untuk tidak ada kenaikan status dari sedang kepada warning,” harapnya.
Pemkot Depok melakukan penghijauan dan penanaman pohon di banyak lokasi. Tujuannya untuk mengurangi polutan. Karena pemicu polusi udara saat ini disebabkan tingginya mobilitas kendaraan.
“Kita lakukan penghijauan, penanaman pohon semua dilakukan seperti itu, khususnya di daerah-daerah yang memang sesuai dengan laporan DKI juga itu ternyata sumbangan dari mobilitas kendaraan yang sangat luar biasa. Jadi prosentasenya itu sampai 50 persen lebih dari kendaraan, dari industri di bawah itu justru, laporannya memang dari mobilitas lalu lintas,” pungkasnya. (Mg10)