JABAR EKSPRES – Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan penerapan sanksi baru terhadap sejumlah pejabat dan kelompok Rusia. Langkah ini merupakan tanggapan atas pemindahan paksa ribuan anak-anak Ukraina sejak invasi Moskow. Dalam sidang Dewan Keamanan yang bersamaan dengan Hari Kemerdekaan Ukraina, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, mengumumkan langkah tegas ini.
Melansir dari berbagai sumber Thomas-Greenfield mengecam tindakan kekejaman Rusia dan menyatakan bahwa AS tidak akan tinggal diam menghadapi kejahatan perang dan pelanggaran terhadap kemanusiaan. Sanksi ini diterapkan terhadap 11 individu Rusia, termasuk komisaris regional yang terlibat dalam isu “hak-hak anak”. Mereka akan menghadapi pembekuan aset di AS, dan transaksi dengan mereka dianggap sebagai tindakan kriminal di negara tersebut.
Baca Juga: Luncurkan Satelit Pakai Rudal Balistik Korut Dikecam G-7
Selain individu-individu ini, sanksi juga ditujukan kepada “kamp musim panas” Artek di Krimea, yang dianeksasi oleh Rusia dari Ukraina pada 2014 dalam tindakan yang tidak diakui secara internasional. Selain itu, ada tuduhan tentang adanya kamp pendidikan ulang di Chechnya untuk anak-anak.
Tidak hanya menghentikan aset dan transaksi, Kementerian Luar Negeri AS juga akan membatasi pemberian visa kepada tiga warga Rusia yang terlibat dalam pemindahan paksa anak-anak di wilayah Ukraina yang dikuasai oleh Moskow. Langkah ini menegaskan komitmen AS dalam menindak tegas pelanggaran hak asasi manusia.
Baca Juga: Donald Trump Siap Serahkan Diri ke Penjara di Atlanta, Georgia
Tudingan serius ini juga telah mencuat ke Pengadilan Kriminal Internasional, yang telah menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin pada Maret lalu. Rusia telah menolak keras tudingan ini dan malah memberlakukan sanksi terhadap jaksa pengadilan yang bermarkas di Den Haag.
Pihak berwenang Rusia mengklaim bahwa anak-anak yang dipindahkan ditempatkan di panti asuhan di daerah yang aman akibat konflik. Namun, pihak Ukraina dan kelompok hak asasi manusia membantah klaim tersebut dan menuduh Rusia telah mendeportasi ribuan anak, bahkan bayi, dengan melawan keinginan keluarga mereka. Mereka menduga adanya upaya untuk mempengaruhi pikiran anak-anak tersebut. Anak-anak yang lebih besar bahkan dikabarkan dimasukkan ke dalam pelatihan militer.