ITB Beri Permintaan Maaf Resmi Terkait Isu Dugaan Kampanye LGBT yang Memicu Keresahan

JABAR EKSPRES – Institut Teknologi Bandung (ITB) telah mengeluarkan permintaan maaf resmi dalam menghadapi polemik dugaan kampanye LGBT yang terkait dengan formulir online kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) Tahun Ajaran 2023/2024. Isu ini telah menyebar luas di media sosial dan memicu berbagai reaksi dari masyarakat.

Sekretaris Institut ITB, Widjaja Martokusumo, menjelaskan bahwa pihak kampus mengakui adanya kekhawatiran dan kegelisahan yang timbul akibat peristiwa ini. Ia menegaskan bahwa ITB akan melaksanakan perbaikan berbagai aspek dalam acara PMB guna meningkatkan kualitas penyiapan mahasiswa baru di bidang akademik dan kemahasiswaan.

Baca Juga: PT TKDN Luncurkan Sistem ITCS untuk Bantu Atasi Kemacetan dan Sudah Lolos Verifikasi

“Widjaja mengatakan ITB berterima kasih dan senantiasa terbuka atas masukan, kritik atau saran dari seluruh pihak untuk perbaikan.”

ITB, dalam pernyataan resmi, menyatakan penyesalannya atas perkembangan situasi ini dan mengakui bahwa isu-isu yang muncul merupakan bagian dari perhatian dan masukan yang sangat berharga dari masyarakat. Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan (WRAM) ITB, bersama dengan pihak terkait, berkomitmen untuk menciptakan lingkungan akademik yang inklusif dan mendukung bagi seluruh mahasiswa.

Adapun, terkait dengan kontroversi formulir PMB yang memicu isu kampanye LGBT, Direktur Kemahasiswaan ITB, Prasetyo, telah menegaskan bahwa informasi yang beredar tidaklah benar. Prasetyo menjelaskan bahwa pihak kampus telah melaksanakan program Penanggulangan Kekerasan Seksual (PPKS) sesuai dengan arahan dari Kementerian. Isu terkait formulir tersebut ternyata berasal dari pihak mitra kerja sama, bukan dari pihak ITB sendiri.

Baca Juga: KPK Selidiki TPPU eks Dirut Amarta Karya Melalui Pembelian Emas

“Prasetyo menjelaskan formulir yang menjadi sorotan itu bukan dikeluarkan pihak ITB, melainkan pihak mitra.”

Menurut Prasetyo, pemilihan kata “pelangi” dalam narasi acara juga memiliki konteks yang berbeda dari asumsi yang beredar. Mahasiswa salah mengambil diksi kata tersebut, dan pihak ITB telah mengklarifikasi bahwa kata tersebut bukan merujuk pada LGBT, melainkan pada keberagaman dan tradisi panjang kegiatan PMB.

Dalam usaha untuk menjaga kedamaian dan menghindari miskonsepsi, ITB telah mengambil tindakan cepat dengan menutup formulir yang diperdebatkan tersebut. Hal ini merupakan bagian dari komitmen kampus untuk menyelenggarakan acara PMB yang positif dan inklusif bagi seluruh mahasiswa baru.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan