Tempat Kesenian dan Wisata Alam Jadi Magnet Bagi Cileunyi untuk Datangkan Wisatawan 

Gapura selamat datang yang berdiri tegak di tangga pertama objek wisata itu, sudah bisa membuat siapa saja tertarik untuk menaklukkan anak tangga sampai ke puncak.

Sementara itu, Kepala Desa Cibiru Wetan, Hadian melalui Kasi Pemerintahan, Acep Deni, menyampaikan bahwa inovasi dibentuknya objek wisata Tangga Seribu itu, sebagai bentuk pengembangan potensi.

“Di sana tanah carik desa, itu sebelumnya dikelola warga dengan menanam berbagai sayuran, jadi perkebunan,” Ucapnya.

Deni mengungkapkan, dengan terbentuknya wisata Tangga Seribu lewat pemanfaatan tanah carik desa, dampaknya cukup dirasakan oleh warga.

Pemberdayaan merawat dan menjaga wisata serta bergeraknya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), cukup mendorong perenonomian lokal dan jadi pemasukan bagi warga desa.

“Di sana suasana alamnya terasa karena dataran tinggi, jadi sejuk di siang hari dan dingin kalau sudah masuk sore sampai pagi,” ungkap Deni.

Masih dalam pantauan Jabar Ekspres, ratusan anak tangga tidak membosankan mata, sebab warna biru, kuning dan merah di setiap anak tangga membuat daya tarik wisatawan yang datang berkunjung.

Tak hanya itu, puluhan lampu penerangan jalan terlihat berdiri tegak gua menerangi akses menuju puncak Tangga Seribu.

Besi penyangga atau untuk pegangan tangan, terlibat kokoh mulai dari awal anak tangga sampai puncak.

Selain memberikan rasa aman, keberadaan besi penyangga cukup terasa menjadi teman ketika mulai lelah menaiki ratusan anak tangga.

Mulai dari anak tangga pertama sampai di ujung puncak, Jabar Ekspres hitung keseluruhannya yakni sebanyak 490 anak tangga, jika disatukan dengan anak tangga ke area perkemahan, bulat 500 anak tangga.

Tangga Seribu juga bisa menjadi salah satu tempat untuk berkemah. Bagi wisatawan yang berkunjung, hanya cukup merogoh kocek Rp 5000 per orang.

Sedangkan berkemah Rp 10.000 per orang satu malam. Jam operasional pun untuk Sabtu dan Minggu 24 jam, karena banyak pengunjung yang berkemah. Untuk di hari biasa pukul 07.00 sampai 18.00 WIB.

“Alhamdulillah, warga yang belum bekerja dan yang sempat diberhentikan dari pekerjaannya, sekarang tetap punya pemasukan dari mengelola wisata,” pungkas Deni. (Bas)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan