JABAR EKSPRES – Kawasan Maui, Hawaii, makin terlihat bak medan perang usai geger warga melakukan penjarahan besar-besaran di tengah ketidakpastian akibat kebakaran hutan parah beberapa hari belakangan.
Penjarahan terjadi hampir tiap malam karena warga merasa frustrasi. Mereka kekurangan pasokan kebutuhan sehari-hari, sementara daerah mereka terisolasi.
Tim penyelamat sebenarnya membagikan bantuan air, makanan, dan obat-obatan. Namun, aliran bantuan itu tak merata.
Warga di tempat-tempat yang terisolasi pun mulai bergerak demi nyawa sendiri. Mereka menjarah dan merampok warga lainnya.
Ada polisi. Ada militer, tapi pada malam hari, orang-orang dirampok dengan todongan senjata,” ujar seorang pemilik bar di kawasan Lahaina, Matt Robb, seperti dilansir Business Insider.
Baca Juga: Provokasi Sayap Kanan Denmark Kembali Terjadi: Al Quran Dibakar di Depan Kedubes R
“Warga dirampok dan dijarah. Mereka datang ke rumah-rumah, tapi di siang hari semua biasa saja. Di mana bantuan itu? Saya rasa pemerintah dan pemimpin kami tak tahu bagaimana cara mengatasi ini atau apa yang harus dilakukan.”
Di tengah kekacauan ini, warga hanya dapat menggantungkan harapan pada perusahaan dan sukarelawan yang menyalurkan bantuan ke berbagai penjuru Maui.
Namun lambat laun, para relawan juga gerah karena sangat sulit berkoordinasi dengan pihak berwenang.
“Sangat menarik melihat bagaimana ketika kalian membawa air atau produk bantuan lain untuk membantu warga, tapi malah diusir,” ujar Robb, sebagaimana dikutip South China Morning Post.
“Saya rasa ada cara lebih baik untuk mengatur yang seharusnya dilakukan, tapi saya rasa semuanya dilakukan dengan tidak benar. Saya rasa masalahnya ada pada kepemimpinan dan pengetahuan bagaimana cara menangani ini.”
Baca Juga: Bencana Kebakaran Terburuk dalam Sejarah Hawaii, Lebih dari 61 Korban Tewas di Maui
Hawaii memang sedang kewalahan menangani dampak kebakaran hutan yang tak kunjung padam sejak pekan lalu. Kebakaran tersebut merembet dengan cepat karena angin yang dibawa Badai Dora.
Sebagian warga mengeluhkan sistem notifikasi bahaya yang tak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga mereka tak punya cukup waktu untuk menghadapi dampak bencana.