JABAR EKSPRES – Seorang anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, bernama TA (16), telah meninggal dunia. TA, yang juga seorang siswi SMK di Kabupaten Gunungkidul, DIY, mengalami kejang setelah latihan dan dilarikan ke Puskesmas Bayat. Namun, upaya penyelamatan sia-sia, dan berita meninggalnya TA memicu protes warga yang menggeruduk Puskesmas Bayat.
Masyarakat mempertanyakan respons lambat dari Puskesmas Bayat dalam menangani kasus ini. Beberapa perwakilan warga melakukan audiensi dengan pihak berwenang, termasuk Kepala Puskesmas Bayat, Camat Bayat, dan pihak kepolisian. Keluhan warga mencakup kelangkaan dokter, kendala dalam rujukan, dan pelayanan yang dianggap meremehkan.
Baca Juga: Anwar Usman: Mahkamah Konstitusi Siap Menghadapi Gugatan Pemilu 2024
Menurut salah satu warga, Ripto, Puskesmas Bayat seharusnya memiliki layanan 24 jam dengan petugas yang siap siaga. Ratusan keluhan serupa dari masyarakat Bayat sebelumnya telah dilaporkan terkait masalah ini. Mereka merasa bahwa fasilitas kesehatan ini merupakan pilihan terdekat bagi warga.
Jenazah TA akhirnya dimakamkan setelah beberapa jam sejak insiden tersebut. Kepala Puskesmas Bayat, Wahyu Ciptadi, menjelaskan bahwa meskipun pihaknya memiliki kendala dalam hal tenaga sopir ambulans, langkah-langkah perbaikan telah diambil untuk mengatasi masalah tersebut. Dia juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas keterlambatan penanganan kasus ini.
Baca Juga: Disdik DKI Jakarta Beberkan Fakta Terbaru Mengenai Viral Toilet Sekolah International Gender Netral
Kematian tragis TA telah mengguncang masyarakat setempat dan memunculkan keprihatinan tentang kualitas layanan kesehatan yang disediakan oleh Puskesmas Bayat. Peristiwa ini menjadi pengingat penting akan pentingnya kesiapan dan respons cepat dalam situasi darurat medis.