JABAR EKSPRES – Menindaklanjuti surat pemberitahuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) tentang pengurangan jumlah sampah yang diangkut ke TPA Sarimukti, membuat Kota Bandung harus menekan jumlah produksi sampahnya.
Berdasarkan pemaparan dari Ketua DLHK Kota Bandung, Dudy Prayudi, Kota Bandung setiap harinya bisa mengangkut sampah ke TPA Sarimukti hingga 1.300 ton. Namun, setelah adanya surat pemberitahuan tersebut, jatah Kota Bandung menjadi 868 ton.
Nantinya, Kota Bandung wajib mengurangi 10 rit dari ritase sekarang selama 5 bulan kedepan. Saat ini, ritase normal yang tercatat di Pengelolaan Sampah Tingkat Regional (PSTR) sebanyak 259 rit.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung akan membuat tempah pengolahan sampah terpadu (TPST) guna menekan angka sampah yang dikirimkan ke TPA.
BACA JUGA: Menyoal Program Kang Pisman, Sudah Tidak Efektif?
“Ada 3 TPST yang akan dibangun Kementerian Pekerjaan Umum tahun ini yakni di Nyengseret, Taman Tegalega, dan eks TPA Cicabe. Sistemnya menggunakan teknologi Refuse Derived Fuel (RDF),” ungkap Dudy Prayudi, dilansir dari Pemkot Bandung.
Hasil dari RDF ini nantinya akan digunakan sebagai bahan bakar pengganti batu bara. Pihaknya akan mengirimkan RDF tersebut ke pabrik teksil dan semen.
Dia mengungkapkan, Kementerian PU akan membiayai biaya operasional tersebut dalam 10 bulan kedepan. Setelah itu, baru Pemkot Bandung. Andai ini beroperasi, harapannya sampah di Kota Bandung dapat berkurang hingga 100 ton.
Untuk TPST versi Banyumas, rencananya Pemkot Bandung akan membangunnya di 10 lokasi. Kini, mereka hanya perlu menanti hasil keputusan dari legislatif.
Lanjutnya, hingga Juli 2023, Kota Bandung telah memiliki 221 KBS atau 13,3 persen dari seluruh wilayah RW yang sudah masuk KBS.
“Dua upaya itu yang akan terus kita lakukan, yakni pengurangan dari sumber sampah RT dan RW agar tercipta KBS, serta membangun TPST di beberapa titik,” tuturnya.” (*)
BACA JUGA: Antisipasi Overload TPA Sarimukti, Warga Diimbau Ubah Mindset