Akibat Fenomena Awan Single Cell, Rancaekek Bandung Selamat dari Kekeringan? Ini Penjelasan BMKG

JABAR EKSPRES – Wilayah Bandung Raya masih dilanda musim kemarau. Namun meski demikian, terdapat sejumlah wilayah yang mendapat guyuran hujan, di antaranya adalah daerah Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung.

Melansir dari analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geosfisika (BMKG), fenomena hujan yang terjadi tergolong dalam kategori skala sangat lokal, yang dinilai lazim terjadi di musim kemarau.

Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, fenomena hujan jenis ini disebabkan oleh awan Single Cell yang terbentuk di suatu area atau wilayah.

“Awan hujan biasanya bergerak di atas sebuah wilayah dan melepaskan kelembaban saat mereka pergi dalam bentuk hujan,” kata Rahayu kepada Jabar Ekspres, Senin (7/8).

BACA JUGA: Sidang Lanjutan Kasus Suap Bandung Smart City, Saksi Beberkan Kronologis Pemberian Sepatu LV Yana Mulyana

Menurutnya, bangunan dan struktur lain dapat memblokir kejadian hujan, sehingga menyebabkan hujan jatuh hanya di satu sisi jalan atau area saja.

Sudut matahari juga dapat memengaruhi fenomena ini, sehingga menyebabkan kelembaban menguap dari satu sisi sebelum memiliki kesempatan untuk jatuh sebagai curah hujan. Akibatnya, satu sisi dapat dilihat sebagai kering sementara yang lain basah.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, ini merupakan fenomena yang lazim di musim kemarau, karena cahaya matahari juga dapat memainkan peran dalam skenario ini dengan menguap kelembaban dari satu area saja.

“Ini berarti bahwa tidak ada hujan terjadi di sisi itu, dan di sisi lain yang tidak terpengaruh oleh cahaya matari, terjadi curah hujan,” tukasnya.

Sementara itu, Camat Rancaekek, Diar Hadi Gusdinar mengaku wilayahnya tak begitu terdampak atas musim kemarau tahun ini, meski terdapat beberapa titik yang berpotensi alami kekeringan.

“Kalau di Kecamatan Rancaekek dampak terhadap pertanian yang jadi perhatian. Untuk sarana air bersih alhamdulillah aman, sampai sekarang tidak ada laporan kekurangan air,” ucapnya.

Hadi mengungkapkan, untuk wilayah lain yang cukup berpotensi alami kekeringan yakni di Desa Sangiang. Tak hanya ancaman lahan pertanian tapi sarana air pun tergolong jadi perhatian.

 

Lahan pertanian yang dimaksud itu, tepatnya berada di wilayah Desa Sukamanah, Kecamatan Rancaekek dengan luas sekira 5 hektar yang berpotensi alami kekeringan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan