Sementara itu, Sekretaris Daerah Setiawan Wangsaatmaja, di Rapat Paripurna, Senin (10/7) sempat menjabarkan, menurut catatanya ada dua Badan Perkreditan Rakyat (BPR) dan delapan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang mengalami kerugian. “Faktornya karena dampak dari besarnya kolektifitas kredit macet,” katanya.
Setiawan juga menguraikan, meski ada sejumlah BUMD yang merugi, tapi sejumlah BUMD ada yang masuk kategori sehat. Berdasar hasil penilaian tingkat kesehatan yang dilakukan pemprov, ada tiga BUMD non lembaga keuangan yang statusnya sehat, yaitu PT Migas Utama Jabar (MGU), PT Agronesia, dan PT Tirta Gemah Ripah.
Lalu di tahun anggaran 2022, Pemprov Jabar juga telah menyuntikkan tambahan penyertaan modal ke sejumlah BUMD. Tujuannya untuk investasi jangka panjang. Yakni ke PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) Rp 402 miliar, PT Tirta Gemah Ripah Rp 22 miliar, PT Jasa Sarana Rp 60 miliar, PD Jasa dan Kepariwisataan Rp 14,1 miliar, PT Jamkrida Jabar Rp 50 miliae, dan PT Agro Jabar Rp 12,9 miliar.(son)