Jabar Ekspres – Pemerintah Kota Cimahi melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) sudah merilis hasil uji laboratorium terhadap sampel makanan nasi kotak yang diduga menyebabkan keracunan massal pada saat reses anggota DPRD Kota Cimahi Edi Sofyan, di Kelurahan Padasuka belum lama ini.
Dinas Kesehatan menyatakan, hasil uji lab mikrobiologi dan uji kimia di Labkesda Jawa Barat, telur balado mengandung Taphylococcus Aureus dan makanan perkedel jagung terdapat Salmonella.
BACA JUGA: Alasan Dibalik Status KLB dalam Kasus Keracunan Massal di Cimahi, Ternyata..
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada Dinkes Kota Cimahi Dwihadi Isnalini menambahkan, bakteri Salmonella merupakan kelompok bakteri pemicu diare dan infeksi di saluran usus manusia, serta sering menyebabkan keracunan makanan.
“Bakteri Salmonella ini menyebabkan penyakit typus. Jadi gejalanya seperti yang tergambarkan di pasien (keracunan). Ada mual, muntah, diare, nyeri perut ada demamnya,” ungkap Dwihadi, Selasa (1/8).
Kepala Dinkes Kota Cimahi Mulyati mengatakan, untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam sampel makanan itu pihaknya melakukan dua uji laboraotorium yakni uji mikrobiologi dan uji kimia.
“Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi ada di telur balado ada Staphylococcus Aureus sama perkedel jagung ada Salmonella,” ungkap Mulyati.
Selain telur balado dan perkedel jagung, ada beberapa sampel makanan lain yang diuji di Labkesda Jabar. Yakni nasi putih, sambal, ayam isian burger, ayam suwir, ikan tuna isian panada, selada bokor, hingga capcay. Namun hasilnya negatif.
Sedangkan berdasarkan hasil uji kimia, di dalam perkedel jagung positif mengandung nitrit 0,40 mg dan capcay positif mengandung nitrit 0,02 mg.
“Jadi yang ada hasil posituf nitrit di capcay dan perkedel jagung. Sisanya itu negatif,” ucap Mulyati.
BACA JUGA: 7 Fakta Keracunan Massal di Cimahi, dari Kondisi Mencekam hingga Jadi KLB
Kemudian pihaknya juga menguji sampel air baku yang diambil dari penyedia nasi boks dan snack. Hasilnya, air baku tersebut mengandung sedikit bakteri Coliform. Hanya saja Mulyati menegaskan bakteri dari air tersebut tidak tercampur ke dalam makanan.
“Pemeriksaan sampel air ternyata ada Coliform-nya. Tapi kadar bakteri yang ada di air tidak masuk ke makanan, karena sampel makanan ekolinya negatif semua,” ujar Mulyati.