JABAR EKSPRES – Kasus pembunuhan dan mutilasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Redho Tri Agustian (20) sedikit demi sedikit mulai terbuka fakta sesungguhnya.
Hasil Tes DNA yang dilakukan terhadap potongan tubuh yang ditemukan akhirnya keluar. Dari hasil itu diketahui bahwa sample tes DNA dari potongan tubuh tersebut ada kecocokan dengan Redho.
Hal ini membuktikan bahwa korban pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan oleh pelaku W dan RD ternyata benar Redho yang berstatus mahasiswa UMY.
Sebelumnya sempat viral, terkait motif pembunuhan terhadap Redho yang disebut terlibat dengan kelompok atau komunitas tidak wajar seperti LGBT.
Keluarga korban langsung membantah kalau Redho memiliki preverensi seksual ke arah Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT). Pasalnya selama ini Redho tidak pernah terlihat berperilaku yang aneh.
Paman Redho, Majid menceritakan semasa hidupnya Redho merupakan anak yang aktif di beberapa kegiatan sekolahnya, seperti pramuka. Sementara di rumah Redho juga terlihat memiliki aktifitas yang positif, seperti menjadi remaja masjid dilingkungannya.
Baca juga : Fakta Baru Kasus Mutilasi Mahasiswa UMY, Korban Diduga Sedang Lakukan Penelitian LGBT Terhadap Pelaku
“Nggak ada (perilaku aneh Redho). Semua aktivitas Redho positif semua, dia juga remaja masjid, nggak ada yang aneh,” tegas paman Redho, Majid, kepada detikSumbagsel, kamis (20/7).
Karenanya keluarga merasa heran jika Redho disebut menjadi pengikut kelompok tak wajar bahkan sampai terlibat dengan komunitas LGBT.
Keterangan dari kelurga tersebut dikuatkan oleh pihak kampus yang mengungkapkan bahwa Redho sedang mengerjakan sebuah penelitian tentang komunitas-komunitas unik di Yogya. Dan kemungkinan besar keterlibatan Redho dengan kelompok-kelompok tersebut terkait dengan penelitian tersebut.
Hal ini dingkapkan oleh Wakil Rektor V Bidang Kerjasama dan Internasional UMY Prof Achmad Nurmandi yang menduga, keterlibatan Redho dengan dua orang pelaku tersebut karena mencari responden untuk penelitiannya.
Baca juga : Kakak Korban Mutilasi Sleman juga Meninggal Dalam Kondisi Tragis
“(Judul penelitian) ya kelompok-kelompok unik di Jogja itu, kelompok-kelompok LGBT, kelompok radikal,” jelas Nurmandi.
Redho merupakan penerima dana hibah untuk penelitian sehingga sebagai bentuk tanggung jawabnya, dia tetap melaksanakan tugas meski harus menempuh resiko dengan masuk kedalam komunitas tersebut.