Jabar Ekspres – Pilot pesawat jet tempur Rafale Kapten Rayak mengalami kendala saat memasuki ruang udara Indonesia dari Guam karena lalu lintas udara di Jakarta sangatlah padat.
Namun, saat keluar dari Jakarta, lalu lintas udara tidak begitu padat. Meskipun Jakarta memiliki polusi udara yang buruk, hal itu tidak menjadi kendala yang signifikan saat menerbangkan pesawat.
“Saya bisa melihat tidak ada kendala atau perbedaan yang berarti. Cuman saya melihat pas mendekat Jakarta itu lalu lintas penerbangannya sangat padat,” ujar Rayak di Terminal Selatan Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Rabu (26/7) dikutip dari Antara News.
BACA JUGA: Anggota Koramil 1006/Rancakalong Bantu Pembuatan Pondasi Kantor UPK Desa Nagarawangi
Dilansir dari Antara News pada Kamis (27/7), Rayak menjelaskan bahwa untuk menerbangkan pesawat jet tempur Rafale, baik pilot pemula maupun berpengalaman harus memenuhi kualifikasi yang ketat karena pesawat ini dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih.
Pilot pemula memerlukan delapan bulan pelatihan sebelum dapat menerbangkan Rafale secara operasional, sementara pilot berpengalaman memerlukan tiga bulan.
“Untuk pilot muda yang pendidikan, pelajar, selama delapan bulan sebelum dia bisa menerbangkan Rafale di dalam satu skuadron. Tetapi, untuk pilot yang sudah berpengalaman, biasanya itu memakan waktu tiga bulan dan dia bisa terbang secara operasional,” tambah Rayak.
Sebelumnya, Rayak juga pernah menerbangkan pesawat tempur Dassault Mirage 2000-D. Meskipun cara menerbangkan kedua jet hampir sama, terdapat perbedaan pada mesinnya. Rafale memiliki dua mesin yang lebih canggih dan dapat membawa lebih banyak senjata bom dibandingkan Mirage.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama R. Agung Sasongkojati, menyatakan bahwa pesawat jet tempur Rafale generasi 4,5 yang dibeli oleh Indonesia memiliki spesifikasi yang sama dengan Angkatan Udara Prancis (France Air and Space Force).
BACA JUGA: Sejumlah Personel TNI AD Bantu Pengecoran Jalan Sepanjang 50 M
TNI AU telah menyiapkan pilot khusus untuk menerbangkan pesawat ini dengan memberikan pelatihan di Prancis dan Indonesia sebelum ditempatkan di skuadron yang sudah ada.
“(Selama) 2.500 jam terbang dan baru beralih ke Rafale, baru-baru ini. Jadi, kemungkinan besar pilot-pilot Indonesia sudah terbiasa terbang dengan Hawk itu sama saja,” pungkasnya.