Soal Sigeol Sumedang, Pemda Undang Tim Mahasiswa ITB untuk Berikan Penerangan pada Operator Lapangan

JABAR EKSPRES – Menyoal digitalisasi, Mahasiswa Institut Teknologi Bandung atau ITB yang tergabung dalam tim IT, kembali diundang untuk berikan penjelasan terkait Sistem Informasi Geografis atau Sigeol Sumedang, Senin 24 Juli 2023.

Kepala Bappppeda Sumedang, Agus Wahidin menerangkan bahwa hari ini Senin, 24 Juli 2023 pihaknya melanjutkan kerjasama dengan kampus ITB Jatinangor, sehubungan dengan ilmu teknologi informasi pada aplikasi Sigeol Sumedang.

“Hari ini Pemda Sumedang melalui Bappppeda melanjutkan kerjasama yang sudah lama dan ditindaklanjuti lagi dengan bagaimana seminar untuk meningkatkan literasi geospasial,” Terang Agus kepada JabarEkspres.com pada Senin, 24 Juli 2023 saat ditemui di Gedung Tampomas IPP Sumedang, Jawa Barat.

BACA JUGA: Pengembangan Integrated Farming, Pemkab Sumedang Diciprat Rp25 Miliyar

Lebih lanjut, Agus mengatakan bahwa bagaimana ilmu teknologi kebumian yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan di kabupaten Sumedang.

“Prof Dr Irwan Dekan fakultas ilmu teknologi kebumian ITB, membawa pasukan lengkap ke Sumedang untuk memberikan pengertian yang lengkap dan mendalam,” ujarnya.

“Karena kami ingin kerjasama ini saling menguntungkan, dapat ilmu langsung dipraktekkan kemudian pihak akademisi dapat umpan balik untuk dikembangkan. Fungsional program SKPD, Kasubag program kecamatan supaya tahu fungsinya dalam sistem yang sudah kita bangun,” lanjutnya.

BACA JUGA: Mengintip Pesona Nabawadatala di Sumedang, Ramai Diserbu Wisatawan di Akhir Pekan

Dikatakan Agus, bahwa hal ini bermanfaat bagi masyarakat, sistem ini menjadi bagian dari upaya peningkatan perekonomian di Sumedang.

“Maka pertemuan hari ini memaksimalkan sistem ini bermanfaat untuk keperluan pemerintahan Sumedang. Contoh di command center itu sering disampaikan kepada Kabupaten atau Kota yang belajar ke kita itu dengan ilmu ini bisa lihat kemiskinan ada berapa, bagaimana bentuk rumah, lahan pekarangan seperti apa, sejauh mana tingkat kemiringan kemudian curah hujan berapa, apa tanahnya membahayakan lingkungan sekitar atau tidak. Kita sekarang baru memanfaatkan kulitnya saja dan itu juga sudah bagus apalagi kalau sampai mendalam,” kata Agus.

“Akan tetapi yang jadi persoalan semua ilmu itu akan sangat tergantung pada input data di lapangan, sistem ini menjadi sebuah sistem yang implementatif untuk kehidupan kita, mau bagus gimana kalau Input nya tidak rutin, tidak update, yang input tidak menguasai dan ini saya pikir sudah menguntungkan satu sama lain,” katanya memungkasi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan