JABAR EKSPRES – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan peringatan serius tentang ancaman kelaparan akibat serangan Rusia terhadap lumbung pangan di Odesa, Ukraina. Dampaknya tak hanya akan dirasakan di dalam negeri, tetapi juga dapat mempengaruhi negara-negara miskin di seluruh dunia karena kenaikan harga-harga pangan.
“Beberapa orang akan kelaparan, beberapa akan menderita, bahkan banyak yang mungkin berhadapan dengan kematian akibat keputusan ini,” ujar Martin Griffiths, kepala bantuan PBB, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (22/7).
Selama empat hari berturut-turut, Rusia telah melakukan serangan ke lumbung pangan, yang merupakan pusat pasokan utama makanan dunia, setelah Moskow menarik diri dari perjanjian ekspor gandum. Dampaknya sangat merugikan, sekitar 100 ton kacang polong dan 20 ton jelai hancur akibat serangan tersebut.
Baca Juga: Buntut Kasus Penistaan Al-Qur’an, Irak Tidak Akan Menerima Duta Besar Swedia
Dalam tiga malam, serangan Rusia di kota pelabuhan Ukraina, Odesa, menyebabkan 60 ribu ton gandum hancur, 27 warga sipil terluka, dan sejumlah bangunan rusak.
Moskow mengklaim serangan pada lumbung pangan sebagai balas dendam atas serangan Ukraina terhadap jembatan buatan Rusia di Krimea.
Pada awal pekan ini, Moskow memutuskan untuk mundur dari perjanjian ekspor gandum Laut Hitam. Mereka menyatakan bahwa akan kembali ke perjanjian tersebut jika persyaratan terkait produk-produk Rusia terpenuhi.
Namun, Moskow menuntut beberapa syarat, termasuk pencabutan hambatan ekspor makanan dan pupuk Rusia sebagai imbalan atas kerja sama lebih lanjut dalam kebijakan ekspor gandum. Pihak Kremlin juga menginginkan keringanan dari sanksi Barat terkait logistik dan asuransi pengiriman.
Meskipun Rusia telah menarik diri dari perjanjian tersebut, Ukraina dengan tegas menyatakan akan tetap mengekspor gandum tanpa campur tangan dari Rusia. Namun, setelah penarikan Moskow, belum ada kapal ekspor yang berangkat dari pelabuhan Laut Hitam.
Baca Juga: Italia Selatan disengat Cuaca Panas, Namun Bagian Utara Alami Hujan Es yang Mengakibatkan Kerusakan Bagunan
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menegaskan bahwa negaranya siap untuk terus mengekspor gandum melalui Laut Hitam, meskipun Rusia keluar dari perjanjian tersebut.