JABAR EKSPRES- Para peternak yang menjadi produsen ayam merasa heran dengan mahalnya harga ayam broiler di pasar tradisional, yang mencapai Rp 40 ribu per kilogram (kg).

Mereka menyoroti bahwa tren harga di level kandang justru mengalami penurunan. Bahkan, para peternak menyatakan bahwa mereka tidak mengambil keuntungan berlebih dari penjualan.

Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Mukhlis, saat ini rata-rata harga jual ayam dari peternak berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 22 ribu per kg untuk broiler dengan bobot ayam sekitar 1,6 kg hingga 1,8 kg per ekor.

Harga tersebut sebelumnya mengalami penurunan sejak awal pekan ini, yang sempat mencapai Rp 24 ribu per kg.

Mukhlis menegaskan bahwa penurunan harga sudah dimulai sejak Jumat. Jika harga di pasar masih tinggi, hal tersebut disebabkan oleh ulah pedagang, bukan karena peternak.

Para peternak tidak masalah jika mendapatkan untung lebih, karena harga sarana produksi peternakan (sapronak) juga naik.

Namun, para peternak broiler masih menghadapi tekanan dari biaya produksi yang tinggi.

Harga pakan ayam broiler kembali naik menjadi Rp 9.000 per kg hingga Rp 9.750 per kg, sedangkan harga bibit ayam usia sehari (DOC) berkisar antara Rp 7.250 per kg hingga Rp 8.500 per kg.

Dengan biaya pakan, DOC, ditambah biaya operasional sekitar Rp 3.500 per kg hingga Rp 4.000 per kg, Mukhlis mencatat bahwa harga jual ideal dari peternak minimal Rp 23 ribu per kg.

Artinya, para peternak mengalami kerugian dengan harga penjualan saat ini yang maksimal berada di kisaran Rp 22 ribu per kg.

Penurunan harga jual ayam dari peternak disebabkan oleh menurunnya permintaan, meskipun produksi ayam tidak begitu besar.

Mukhlis menegaskan bahwa peternak hampir tidak pernah mengambil keuntungan berlebih dari penjualan ayam dalam beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan Nasional, rata-rata harga daging ayam ras secara nasional mencapai Rp 37.180 per kg.

Laman berikutnya

Halaman: 1 2