JABAR EKSPRES – Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun kembali hebohkan masyarakat Indonesia. Setelah sejumlah kontroversialnya, Al Zaytun kembali buat geleng-geleng kepala usai merayakan Malam Tahun Baru Islam atau 1 Suro belum lama ini.
Ponpes Al-Zaytun secara terang-terangan mengundang salah seorang aktivis Yahudi yang membuat geger publik.
BACA JUGA: Karang Taruna Cibinong Ingin Tata Kawasan Setu Citatah, DPRD Bogor Beri Dukungan
Menanggapi itu, Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Barat (MUI Jabar) menilai aksi kontroversial yang dilakukan Ponpes Al-Zaytun pada 1 Suro kemarin hanyalah strategi Panji Gumilang selaku pimpinan pesantren.
“Itu adalah bagian dari strategi panji Gumilang dalam rangka mendapatkan dukungan atau simpatik yang lebih luas dari para tokoh itu. Karena kita tahu Panji Gumilang (pimpinan Al-Zaytun) kan sedang dalam posisi bermasalah dengan banyak menimbulkan kontroversi. Maka wajar, kalau dia mencari cara bagaimana mengundang simpatik dukungan,” ucapan Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar saat ditemui di Kantornya, Jum’at (21/7) kemarin.
Rafani menjelaskan, strategi yang dilakukan oleh Panji Gumilang dalam mencari simpatik atau dukungan dari para tokoh lintas agama.
“Tapi jangan ada maksud itu untuk membangun opini baru atau mendapat simpatik. Sehingga nantinya, proses penegakan hukum itu bisa terganggu hanya oleh adanya opini dukungan,” ucapnya.
Aksi Panji Gumilang kini telah kembali menimbulkan gejolak atau kegaduhan di masyarakat. Apalagi menurut Rifani, Ponpes Al-Zaytun secara terang-terangan mengundang aktivis Yahudi.
“Kalau masyarakat bereaksi kami memaklumi, jadi jangan di balikan faktanya karena ada pihak-pihak tertentu menuduh masyarakat yang gaduh. Padahal ini kan faktor utamanya karena memang dipancing,” ungkapnya.
Rafani sangat menyangkan aksi Panji Gumilang yang kembali menimbulkan reaksi publik.
“Jadi ini sangat jelas (kembali menimbulkan kegaduhan), dan itulah yang kami sayangkan karena dari awal kami telah mengingatkan kepada Panji, kalau menyampaikan pernyataan cobalah jangan menyampaikan yang sifatnya kontroversial karena itu akan menimbulkan respon dan menimbulkan kegaduhan,” imbuhnya.
(San).