JABAR EKSPRES – Krisis iklim berupa cuaca panas menyengat telah menyebabkan 60 ribu orang di Eropa meninggal di tahun 2022.
Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pentingnya keseriusan mitigasi atas krisis iklim yang sedang terjadi saat ini.
Pada Selasa, 18 Juli 2023, Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge menyebut bahwa kematian akibat krisis iklim cuaca panas ini meningkat dari tahun ke tahun.
Hans Kluge meminta kepada masyarakat untuk lebih sering memeriksa laporan cuaca, mengikuti panduan setempat, dan mencari tahu tentang risiko kesehatan dari otoritas berwenang dan kredibel.
“Selain beradaptasi dengan realitas baru kita pada musim panas ini, kita harus melihat tahun-tahun dan dekade mendatang,” tambahnya, dikutip dari ANTARA.
Hans Kluge juga berseru kepada anak-anak muda untuk terlibat aktif dalam memerangi krisis iklim sekarang ini.
“Aksi terhadap perubahan iklim tidak dapat didasarkan pada pemerintah atau partai politik tertentu. Ini benar-benar harus menjadi isu nonpartisan yang diperjuangkan oleh semua pihak dalam spektrum politik,” pungkas Hans Kluge.
BACA JUGA: Krisis Iklim Menyebabkan Meningkatnya Resiko Penyakit DBD dan Chikungunya di Eropa
Darurat krisis iklim yang ditandai dengan cuaca panas ekstrem adalah fenomena cuaca yang terjadi akibat perubahan iklim global yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca.
Ini berdampak pada meningkatnya suhu secara signifikan di berbagai belahan dunia. Berikut ini adalah penjelasan singkat, padat, dan jelas tentang cuaca panas ekstrem dalam konteks krisis iklim:
Cuaca panas ekstrem adalah kondisi suhu yang jauh di atas rata-rata yang berlangsung dalam periode yang panjang.
Ini terjadi karena peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, seperti karbon dioksida, metana, dan nitrat oksida, yang menyebabkan peningkatan efek rumah kaca dan mempercepat pemanasan global.
Dampak cuaca panas ekstrem mencakup:
BACA JUGA: Krisis Iklim Mengancam Keberlangsungan Spesies Penguin Raja di Antartika
Gelombang panas
Suhu ekstrem yang berkepanjangan dapat menyebabkan kenaikan suhu harian yang ekstrem. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kelelahan panas, penyakit terkait panas, dan bahkan kematian pada populasi yang rentan, seperti orang tua dan anak-anak.