JABAR EKSPRES – Memiliki karakteristik sebagai tokoh fiksi ternyata dapat membantu meningkatkan produktivitas, penelitian baru telah membuktikannya.
Batman effect merujuk kepada temuan bahwa anak-anak dapat lebih baik ketika mengerjakan tugas yang menantang apabila dirinya berpura-pura seolah menjadi orang lain, salah satunya seperti Batman.
Self-distancing dapat mengakomodasi anak pada gambaran yang jauh lebih besar. Berpikir seolah sebagai wujud yang berbeda (seseorang, selain diri sendiri) bisa mengurangi kecemasan.
Tidak hanya anak-anak, bahkan penyanyi dan aktor terkenal pun menggunakan batman effect ini. Beyonce, misalnya, menggunakan Sasha Fierce.
Dalam jurnal Child Development, para peneliti telah mendapatkan fakta bahwa anak-anak yang sanggup bermain pura-pura sembari melaksanakan tugas-tugas biasa menunjukkan kegigihan yang lebih besar.
Para peneliti membagi 180 anak berusia 4 hingga 6 tahun ke dalam 3 kelompok berbeda, termasuk kelompok di mana mereka diizinkan untuk berpakaian seperti Batman, Dora the Explorer, Rapunzel, dan Bob the Builder.
Setiap kelompok kemudian diberi waktu 10 menit untuk menyelesaikan tugas komputer yang membosankan, tetapi juga diberi tahu bahwa mereka selalu dapat memainkan permainan yang menyenangkan di ruangan terdekat.
Sementara yang pertama diminta untuk menganggap diri mereka sebagai karakter yang mereka kenakan saat melakukan tugas tersebut, anak-anak lainnya diminta untuk tampil sebagai diri mereka sendiri tanpa kostum.
Menariknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang berpakaian seperti Batman justru melakukan sebagian besar pekerjaan.
Faktanya, 55% anak usia 6 tahun yang bermain menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan tugas-tugas yang membosankan, seperti halnya 32% anak usia 4 tahun. Itu hanya 35% anak usia 6 tahun dan 20% anak usia 4 tahun yang tidak berpakaian.
Oleh karena itu, para peneliti percaya bahwa membiarkan anak mengadopsi identitas lain dapat membuat mereka lebih tangguh melalui kombinasi gangguan dan refleksi pada karakteristik yang diinginkan.
“Ketekunan diperlukan sepanjang hidup kita, mulai dari anak-anak yang berjuang untuk melafalkan setiap huruf di halaman saat mereka belajar membaca, hingga mahasiswa yang mempelajari kimia organik hingga larut malam,” tulis para peneliti.
“Baik karena kebosanan dari tugas yang ada atau tarikan dari banyak kepuasan langsung yang berlimpah di lingkungan kita, kesuksesan sering membutuhkan kegigihan melalui beberapa ‘ketidaksenangan.’”