JABAR EKSPRES – Fenomena hujan berlian bukan lagi sekadar mitos. Para peneliti di Jerman telah berhasil mendemonstrasikan fenomena ini dengan menggunakan plastik untuk menggambarkan presipitasi yang terjadi di planet Uranus dan Neptunus.
Namun, perlu di ingat bahwa hujan berlian yang terjadi di Uranus dan Neptunus tersebut berbeda dengan hujan yang kita kenal di Bumi.
Baca juga : Kapan Badai Matahari 2023 akan Terjadi?
Fisikawan dari HZDR Jerman, Dominik Kraus, yang juga merupakan penulis studi ini menjelaskan bahwa. Berlian terbentuk di lapisan bawah permukaan planet tersebut, di mana terdapat cairan panas dan padat.
Secara perlahan, berlian akan tenggelam ke dalam inti berbatu yang terletak lebih dari 10 ribu kilometer di bawah permukaan.
Proses ini membentuk lapisan besar berlian yang meluas hingga ratusan kilometer.
Para peneliti berusaha meniru kondisi di kedua planet tersebut dengan menciptakan campuran yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen menggunakan plastik PET. Yang mana merupakan bahan dari kemasan sehari-hari dan botol.
Tim peneliti kemudian menggunakan laser optik berkekuatan tinggi pada plastik di SLAC National Accelerator Laboratory California.
Kraus menjelaskan bahwa sinar X yang sangat cemerlang dan singkat dari proses ini memungkinkan para peneliti melihat pembentukan berlian nano berukuran kecil.
Menurutnya, oksigen yang melimpah di planet-planet tersebut membantu menarik atom hidrogen dari karbon, sehingga proses pembentukan berlian menjadi lebih mudah.
Namun demikian, penelitian mengenai hujan berlian ini masih berupa hipotesis. Hal ini di sebabkan karena data dan informasi mengenai Uranus dan Neptunus masih sangat terbatas.
Baca juga : Penemuan Lamprey di Air Tawar, Belut Penghisap Darah asal Australia
Hingga saat ini, hanya satu pesawat antariksa, Voyager 2 NASA yang telah mencapai kedua planet tersebut.
Data yang di kumpulkan oleh pesawat tersebut sejak tahun 1980 masih menjadi sumber informasi. Termasuk untuk hujan berlian yang terjadi di uranus hingga saat ini.