KILAS KEMARIN: Tradisi Brandu yang Diduga Jadi Pemicu Wabah Antraks hingga Jalan Tol Cisumdawu yang Akan Diresmikan Jokowi Hari ini

JABAR EKSPRES – Jabar Ekspres menghadirkan beberapa berita popular yang rilis pada Senin (10/7/23). Di mulai dari tradisi brandu yang di duga menjadi penyebab wabah Antraks di Kabupaten Gunung Kidul, DIY.

Akibat kasus tersebut, sejumlah warga terinfeksi dan lain di antaranya meninggal dunia.

Berita lain yang juga popular datang dari jalan tol Cisumdawu yang akan segera di resmikan oleh presiden Jokowi hari ini.

Baca juga : Ciri-ciri dan Gejala Daging yang Terkontaminasi Antraks

Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler lainnya di JabarEkspres.com berikut ini.

1. Tradisi Brandu di Gunung Kidul Memicu Wabah Antraks

Tradisi brandu di Kabupaten Gunung Kidul, DIY, di duga menjadi penyebab utama penyebaran penyakit antraks dari sapi ke manusia.

Hal ini menyebabkan tiga orang meninggal dunia dan 87 orang terinfeksi antraks akibat penularan ini.

Direktur Kesehatan Hewan dari Kementerian Pertanian, Nuryani Zainuddin, mengungkapkan hal ini dalam konferensi pers daring.

Bahwa, tradisi brandu melibatkan pembagian dan konsumsi daging hewan ternak yang sudah mati atau sakit.

Sementara, Kepala Bidang Kesehatan Hewan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunung Kidul, Retno Widyastuti.

Mengakui bahwa tradisi brandu menjadi hambatan dalam penanganan kasus antraks.

Meskipun tradisi ini memiliki tujuan baik yaitu membantu warga yang kehilangan ternak, tetapi juga membawa risiko penularan penyakit.

Seperti yang di ketahui, masyarakat Gunung Kidul menjual daging ternak yang mati dalam bentuk paket dengan harga Rp 45.000.

Setelah itu, uang yang terkumpul di sumbangkan kepada pemilik ternak yang mengalami kesulitan.

Meskipun niatnya baik, tradisi brandu tetap membawa risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia.

Akibat kejadian tersebut, pemerintah Kabupaten Gunung Kidul melakukan sosialisasi mengenai bahaya memakan daging hewan mati dalam tradisi brandu.

Selain itu, mereka sedang melakukan kajian untuk melarang tradisi ini dan mencari upaya lain untuk membantu peternak yang memiliki ternak sakit agar tidak di konsumsi.

Dengan langkah-langkah proaktif dan efektif yang di ambil, di harapkan tradisi brandu dapat di kurangi atau di hentikan untuk mengurangi risiko penyebaran penyakit antraks di wilayah tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan