JABAR EKSPRES – Kondisi SDN 206 Putraco Indah Kota Bandung memprihatinkan. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sekolah di Jalan Rajamantri Kaler, Kecamatan Lengkong itu sepi peminat.
Berdasarkan data ppdb.bandung.go.id yang diakses Senin (10/7) pagi, tercatat hanya ada 5 pendaftar ke sekolah tersebut. Empat siswa melalui jalur zonasi dan satu siswa melalui jalur perpindahan tugas orang tua.
Kepala SDN 206 Putraco Indah Darmawan mengungkapkan, kkndisi itu sebenarnya bukan hal baru untuk SFN 206 Putraco Indah. “Tahun lalu kalau di sistem juga hanya 3 siswa,” jelasnya saat ditemui Jabar Ekspres, Senin (10/7).
BACA JUGA: Calon Siswa Tak Lolos PPDB, Disdik Jabar Siapkan Alternatif Lain
Darmawan menguraikan, salah satu alasan minimnya peminat yang mendaftar ke sekolahnya adalah faktor brand yang masih melekat terhadap sekolah. Yakni sekolah itu masih dianggap sebagai sekolah inklusi. “Bukan hal baru. Brand sekolah inklusi masih lekat disini. Jadi wali murid juga banyak yang enggan mendaftarkan anaknya ke sini,” terangnya.
Manurut Darmawan, tantangan lain yang dihadapi sekolahnya dalam penerimaan siswa baru adalah banyaknya sekolah negeri di sekitar lokasi yang dinilai lebih mumpuni. Contohnya SDN Pelita yang lokasinya juga tidak jauh dari SDN 206 Putraco Indah. “SDN Pelita saja buka empat kelas. Kami hanya satu kelas,” sambungnya.
Masih kata Darmawan, selama ini sekolahnya memang banyak menampung siswa – siswa yang berkebutuhan khusus. Tapi para siswa juga dipilah sesuai tingkatnya. Jika terlalu berat, sekolah akan menyarankan agar bisa bersekolah ke SLB. Maklum kapasitas guru di SDN 206 Putraco Indah juga terbatas. “Misal autis ringan masih kami terima, kalau terlalu berat kami sarankan ke SLB,” cetusnya.
BACA JUGA: Universitas Indonesia (UI) Terima 2.032 Mahasiswa Baru PPKB 2023
Saat ini SDN 206 Putraco Indah lebih mengandalkan penerimaan siswa di luar jalur sistem PPDB yang dikelola Dinas Pendidikan Kota Bandung. Biasanya wali murid datang langsung ke sekolah untuk mendaftarkan anaknya. Mereka juga adalah anak – anak istimewa.
Seperti saat ini, sudah ada lebih dari 20 siswa yang mendaftar melalui sistem tersebut. “Tetap kami sharing, dan mereka kebanyakan juga alamatnya jauh. Artinya tidak tercover jika pakai zonasi,” ucap Darmawan.