JABAR EKSPRES- Kerusuhan yang terjadi di Prancis sebagai akibat dari penembakan oleh polisi terhadap seorang remaja telah menimbulkan dampak negatif pada sektor bisnis.
Demikian menurut Mouvement des Entreprises de France (Medef), sebuah asosiasi bisnis di Prancis. Sektor bisnis dilaporkan mengalami kerugian sebesar 1 miliar Euro (sekitar Rp16,5 triliun) akibat kerusuhan tersebut.
BACA JUGA : Ukraina Bakal Mendapatkan Bantuan Rudal Cluster Munitions dari Amerika
Bruno Le Maire, Menteri Keuangan Prancis, mengungkapkan bahwa selama kerusuhan tersebut, sebanyak 400 cabang bank dan 500 toko pinggir jalan menjadi sasaran serangan. Jumlah toko yang dijarah diperkirakan mencapai 1.000 toko secara keseluruhan.
Meskipun demikian, Le Maire menyatakan bahwa dampak kerusuhan di Prancis ini tidak akan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
BACA JUGA : Perang Saudara Sudan Mengganas, Lebih dari 1.000 Orang Mati!
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, juga mengungkapkan bahwa puncak kekerasan telah berlalu dan ia memberikan dukungan total pada 241 kota yang mengalami protes.
Pemerintah Prancis sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk membantu sektor bisnis yang paling terdampak. Beberapa langkah yang diambil antara lain:
- Menangguhkan pembayaran pajak dan kontribusi jaminan sosial untuk toko yang menjadi sasaran serangan.
- Membatalkan pembayaran pajak dan kontribusi jaminan sosial untuk toko yang mengalami dampak parah.
- Memberikan waktu 30 hari bagi sektor bisnis untuk mengajukan klaim asuransi.
BACA JUGA : Pembubaran Festival LGBT di Georgia, Atribut dan Bendera LGBT Dibakar Warga
Namun, DBRS Morning Star, sebuah lembaga pemeringkat kredit, memperkirakan bahwa klaim asuransi yang diajukan kemungkinan tidak akan mencakup seluruh nilai kerugian sebesar $1,1 miliar yang diestimasi oleh Medef.
Dengan demikian, banyak perusahaan diperkirakan tidak akan mendapatkan kompensasi penuh atas kerugian yang mereka alami.