“Melainkan adanya pembatasan yang sesuai dengan daya dukung maksimal yang dimiliki oleh setiap atraksi dan destinasi wisata tersebut,” ujarnya.
Lebih jauh ditambahkannya, aspek keempat yang harus menjadi fokus pembangunan kepariwisataan adalah terkait dengan persoalan mitigasi bencana dan musibah, serta perilaku wisatawan yang memperhatikan aspek keamanan dalam berwisata.
Hal yang tidak kalah pentingnya, yaitu aspek kelima, yaitu terkait dengan branding pariwisata. Penguatan positive image kepariwisataan yang menekankan pada aspek keselamatan dan kesehatan wisatawan harus diperkuat. Wisatawan harus terjamin keselamatannya ketika berwisata.
“Penekanan kepada Kesehatan dan keselamatan dalam berwisata melalui program CHSE (Cleanliness, Health, Safety dan environment sustainability) tentu saja harus selalu digalakkan dalam setiap promosi yang dilakukan,” tandasnya.
Menurutnya, yang paling penting dari itu semua adalah aspek keenam, yaitu penguatan kapasitas sumber daya manusia kepariwisataan. Pengembangan Upskilling, Reskilling dan Multiskilling untuk peningkatan kualitas SDM dalam melakukan pelayanan sesuai protokol kesehatan dan keselamatan.
“Optimisme kita dalam menyongsong kebangkitan pariwisata di tanah air semakin menguat, jika semua aspek tersebut dapat terpenuhi. Namun demikian, tentu saja, kita harus kembali kepada spirit dasar dalam pembangunan kepariwisataan, yaitu pembangunan kepariwisataan yang antisipatif, adaptif, inovatif dan kolaboratif, sehingga kebangkitan tersebut akan dapat lestari,” tukasnya. (Mg5)