Akses yang ditutup total mengharuskan akses dialihkan masuk tol Bogor-Ciawi. Sedangkan untuk kendaraan roda dua dialihkan ke jalan alternatif Cihideung dan jalan Tapos menuju Ciawi.
Kemudian untuk memudahkan akses, Kementerian PUPR membuat jembatan Bailey yang berfungsi lintasan sementara untuk warga.
Akan tetapi dibukanya akses melalui jembatan Bailey ini tidak berlangsung lama.
Kemenyrtian PUPR kembali melakukan penutupan akses jalan untuk memperbaiki Jembatan Cikareteg.
Pada 9 Juni lalu, pihak kontraktor melakukan pemasangan pilar tower leg untuk launcher gantry Jembatan Cikereteg.
Projek Manager pembangunan jembatan Cikereteg Fanny Zuriansyah menuturkan, Pilar tower dipasang dengan menggunakan 2 unit crane servis kapasitas 100 dan 800 ton.
‘’Total panjang dari launcher gantry itu mencapai sekitar 120 meter,’’ ujar Fanny.
Untuk pemasangan tidak boleh ada kendaraan yang melintas dan harus ditutup total.
Untuk target pemasangan sendiri akan selesai pada 16 Juni 2023. Untuk gelagar beton girger jembatan permanen di pasang di stage 1 untuk jalur dari Sukabumi mengarah ke Ciawi Bogor.
Untuk lebar jembatan sendiri kan 50,8 meter, lebar 6,5 meter dengan memasang beton fast track.
Pada 17 Juni 2023 progres pembangunan Jembatan Cikereteg belum kunjung tuntas.
Fanny sendiri pesimis proses pengerjaan akan selesai dalam kurun waktu yang sudah ditargetkan oleh Kementerian PUPR yaitu pada 16 Juni 2023.
Fanny beralasan, keterlambatan progres perbaikan jembatan karena keterbatasan lahan.
“Memang yang jadi kendala keterbatasan lahan ya karena lokasi cukup sempit,’’ ujarnya.
Meski begitu, untuk mempercepat proses pembangunan Jembatan Cikereteg saat ini sampai mengerahkan 2 sift kerja.
Kementerian PUPR sendiri akhirnya menambah target penyelesaian proyek tersebut sampai dengan 22 Juni 2023. Akan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini tidak kunjung tuntas diselesaikan.
Akibatnya, warga Kecamatan Caringin merasa kesal dengan kinerja Kementerian PUPR yang dinilai lamban menyelesaikan proyek jembatan Cikareteg itu.
Warga Kecamatan Caringin dan Ciawi meluapkan kekecewaanya itu dengan melakukan unjuk rasa di lokasi proyek.
Kordinator aksi Awan Mulyawan mengatakan, masyarakat yang tinggal di jalan alternatif merasakan dampaknya.
Jalan yang biasanya hanya dilalui beberapa kendaraan saat ini menjadi ramai dan menyebakan polusi debu. Padahal kondisi jalan sangat sempit.