”Sekarang berjajar (penjual lukisan) di pinggiran Jalan Braga. Terlihat bagus dan menarik buat difoto, dulu tahun 2000-an juga masih belum, masih sepi,” kata Tata kepada Jabar Ekspres ketika ditemui di kediamannya.
Pria kurus berambut lurus itu pun mencertikan secara gamblang beberapa perubahan yang terjadi di Jalan Braga. Menurutnya, kondisi Jalan Braga mulai berubah secara bertahap, pada tahun 2000 lalu. Terlebih, setelah seorang tokoh seniman bernama Ropih Amantubillah mulai menjajakan karya seni lukisnya ke jalanan.
Ropih Amantubillah atau yang lebih dikenal Abah Ropih itu merupakan mertua dari Tatang. Mertua dan menantu itu sama-sama tekun melakoni kesenian. Keduanya pun jadi pelopor, bahkan bisa disebut pionir yang menjadikan trotoar Jalan Braga, sebagai tempat pamer karya-karya lukisan para seniman. Khususnya seniman di Kota Bandung.
”Bahkan dulu Abah sempat berkeliling menjual lukisan-lukisan hasil karyanya. Menelusuri jalan-jalan di Kota Bandung Abah berjalan menawarkan lukisannya,” Tata seraya mengenang masa lalu mertuanya itu.
Dengan stelan kaos lengan pendek warna krem, dipadu menggunakan celana bahan panjang berwarna hitam, Tata duduk bersandar di kursi kayu beralaskan busa. Kalimat -kalimat kenangan masa lalu bersama Abah Ropiah pun terus keluar dari mulutnya.
Dia mengakui jika perjuangan Abah Ropih kala itu sangatlah tidak mudah. Namun akhirnya, pergerakan mertuanya yang kerap menggelar pameran lukisan di Jalan Braga itu mengispirasi serta mendorong motivasi seniman lain untuk sama-sama unjuk gigi.
Kini perjuangan memamerkan hingga menjual karya-karya seninya pun Tata teruskan. Sampai akhirnya kini di sepanjang Jalan Braga tampak berwarna, penuh dihiasi kanvas dengan beragam lukisan para seniman.
”Waktu itu pameran karya seni yang dilakukan Abah di emperan jalan, sebetulnya sebuah alternatif. Karena pameran di gedung atau di galeri membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” ucap Tata sambil tersenyum hingga menampakkan gigi depannya.
Dia berucap, jika Abah punya pemikiran bahwa lukisan bukan karya seni yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan elit, tapi masyarakat kalangan menengah juga boleh menikmati bahkan menyukasi lukisan dan dibeli untuk dipajang.