Bogor Duduki Tingkat Pengangguran Tertinggi di Jabar, Komisi IV Minta Bima Arya Jangan Panik!

JABAR EKSPRES – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) mencatat angka terhadap jumlah angkatan kerja atau tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Kota Bogor pada 2022 menduduki posisi tertinggi di wilayah Jabar.

Pasalnya, di tahun tersebut TPT Kota Bogor mencapai 10,78 persen. Sementara pada posisi kedua adalah Kota Cimahi dengan presentase 10,77 persen diikuti oleh Kabupaten Bogor 10,64 persen yang berada diurutan ketiga.

Meski begitu, sejak 2020 BPS Jabar mencatat bahwa TPT di Kota Bogor cenderung menurun dalam setiap tahunnya.

Pada 2020, TPT di Kota Bogor menduduki posisi ketiga dengan presentase mencapai 12,68 persen. Di tahun ini, Kabupaten Bogor menduduki urutan pertama dengan presentase 14,29 persen diikuti Kota Cimahi mencapai 13,30 persen.

Sedangkan di 2021, TPT di Kota Bogor menurun menjadi 11,79 persen. Namun presentasi itu tak merubah urutan atau tetap menduduki urutan ketiga se-Jabar.

Kepala BPS Kota Bogor Dariyanto membenarkan hal itu. Ia menyebut, peningkatan jumlah TPT tersebut melihat indikator orang yang tidak bekerja yang dibagi dengan angkatan kerja.

“Di tahun 2022 Kota Bogor memang paling tinggi ternyata ya di angka 10,78 persen. Terus kenapa? Nah kalau kenapanya saya kurang tahu persis karena hanya pengambil kebijakan yang tahu,” ungkapnya saat dijumpai usai menggelar rapat kerja dengan Komisi IV DPRD Kota Bogor pada Selasa, 27 Juni 2023 Petang.

Dariyanto menerangkan, ceruk yang menjadi tolak ukur catatan BPS dalam hal ini adalah orang yang berusia 15 tahun ke atas namun masih mencari pekerjaan atau belum memiliki pekerjaan.

“Jadi dilihat dari aktivitasnya berdasarkan usia, selama dia berusia di atas 15 tahun, kemudian aktivitasnya tidak sekolah, tidak mengurus rumah tangga yaitu dia nanti akan sebagai kans untuk dia itu sebagai pengangguran atau enggak,” jelasnya.

Menurutnya, tingginya tingkat pengangguran terbuka tersebut tentu berpotensi terhadap tingginya angka kemiskinan di Kota Bogor.

Tak hanya itu, menurutnya, hal itu juga akan berdampak multiplayer terhadap hal lainnya. Seperti maraknya tindak kriminal dan lain sebagainya.

“Kalau dalam benak saya setiap orang itu pasti akan survive untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya atas tingginya pengangguran, problem sosial akan semakin tinggi kemungkinannya,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan