Ada beberapa ayat yang menjelaskan agar kita menyebut nikmat-nikmat Allah.
Allah berfirman,
ﻭَﺃَﻣَّﺎ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺔِ ﺭَﺑِّﻚَ ﻓَﺤَﺪِّﺙْ
“Dan terhadap nikmat Rabb-mu, maka hendaklah kamu sebutkan”.
(QS. Adh-Dhuha: 11)
Maksud “menyebutkan” di sini yaitu mengakui dan bersyukur, Al-Qurthubi berkata,
والاعتراف بها شكر .
“Yaitu mengakui dan bersyukur (atas nikmat)”
(Tafsir Al-Qurthubi)
Sebagian orang berdalil dengan ayat ini bolehnya pamer dengan dalih “menyebut nikmat Rabb”, akan tetapi yang benar adalah menyebutkan nikmat Allah jika ada mashlahat seperti akan memotivasi orang lain, adapun terlalu sering bahkan ditambah bumbu kesombongan, maka ini bukanlah maksud ayat tersebut
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di menafsirkan ayat,
أثن على الله بها، وخصصها بالذكر إن كان هناك مصلحة.
“Pujilah Allah atas nikmat tersebut dan khususkan dengan menyebutkannya jika ada kemashlahatan”
(Tafsir As-Sa’diy)
Demikian bentuk bahaya bila kita melakukan flexing atau pamer dari sisi agama ISlam, semoga kita dihindarkan Allah dari sifat-sifat yang semikian.
Wallahu Alam
