JABAR EKSPRES – Kapal selam wisata yang sedang melakukan ekspedisi ke bangkai kapal Titanic dilaporkan hilang sejak Minggu (18/6) di lepas pantai tenggara Kanada, Samudra Atlantik.
Kapal selam bernama Titan ini dilaporkan menghilang setelah menyelam selama 1 jam 45 menit di sekitar 900 mil sebelah timur Cape Cod, Atlantik Utara, dengan kedalaman air sekitar 13 ribu kaki.
Melansir dari berbagai sumber ekspedisi Titan merupakan bagian dari perjalanan selama delapan hari yang diadakan oleh OceanGate Titanic Expeditions. Untuk dapat menjelajahi bangkai kapal bersejarah tersebut, peserta ekspedisi harus mengeluarkan biaya hingga US$250 ribu atau sekitar Rp3,7 miliar.
Adanya dugaan pelanggaran aturan ekspedisi membuat situasi semakin menarik. OceanGate mengklaim bahwa Titan adalah kapal selam terbesar yang pernah ada, dengan fitur keselamatan yang tak tertandingi. Menurut dokumen pengadilan yang diajukan oleh perusahaan pada bulan April, Titan dapat menyelam hingga 4 kilometer dengan tingkat keamanan yang nyaman.
Namun, Titan seharusnya hanya menampung lima orang untuk ekspedisi selama satu hari, dengan dua jam untuk mencapai lokasi Titanic, beberapa jam untuk menjelajahi bangkai kapal, dan perjalanan dua jam kembali. Kapal ini juga dilengkapi dengan fitur keselamatan canggih, termasuk sistem pemantauan kesehatan lambung real-time (RTM) yang dapat menganalisis tekanan dan integritas struktur kapal.
Baca Juga: Kapal Selam Wisata Hilang saat Menjelajahi Bangkai Titanic, 5 Orang Terjebak
Meskipun demikian, fakta bahwa kapal selam tersebut belum muncul hingga saat ini menimbulkan indikasi adanya masalah. Mantan Komandan Komando Indo-Pasifik AS, Harry B. Harris Jr., menyatakan keprihatinannya mengenai keberadaan kapal selam yang hilang ini.
OceanGate Expeditions sebelumnya telah diberi peringatan berkali-kali mengenai masalah keamanan yang mungkin timbul dari pengembangan Titan. Direktur operasi kelautan OceanGate, David Lochridge, sebelumnya telah mencatat dalam laporan teknis pada tahun 2018 bahwa armada yang sedang dikembangkan memerlukan lebih banyak pengujian.
Gugatan yang diajukan di pengadilan distrik AS di Seattle pada tahun yang sama juga menyebutkan bahwa penumpang dapat menghadapi bahaya ketika kapal selam mencapai
“kedalaman ekstrem”. Situasi ini semakin menambah ketegangan dalam pencarian kapal selam yang hilang ini.