Wamenag Minta Umat Islam Bertoleransi Saat Idul Adha 2023, Zainut: Kita Harus Memiliki Sikap Toleransi

JABAR EKSPRES – Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa’adi, mengimbau umat Islam di Indonesia untuk saling menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi toleransi ketika terjadi perbedaan dalam penetapan Idul Adha 1444 Hijriah/2023 Masehi antara pemerintah dan organisasi kemasyarakatan Islam.

Zainut menyatakan pentingnya sikap toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan yang terjadi, bukan saling mencela dan melakukan tindakan yang tidak diinginkan. Hal ini diungkapkannya dalam konferensi pers penetapan awal Dzulhijah di Jakarta.

“Kita harus memiliki sikap toleransi, tasamuh. Kita harus menghargai perbedaan yang terjadi, bukan saling mencaci dan melakukan hal-hal yang tidak disukai,” ujarnya.

Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan bahwa 1 Dzulhijah 1444 Hijriah/2023 Masehi jatuh pada Selasa (20/6). Oleh karena itu, Hari Raya Idul Adha akan jatuh pada Kamis (29/6) setelah diputuskan melalui sidang isbat.

Namun, terdapat perbedaan dengan keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menetapkan 10 Dzulhijah 1444 H atau Hari Raya Idul Adha pada Rabu (28/6), seperti yang tertera dalam Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah 1444 H.

Meskipun terdapat perbedaan tersebut, Wamenag meminta seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga keamanan dan ketertiban bersama, dengan tujuan menciptakan masyarakat yang moderat dan toleran dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam kesempatan tersebut, Zainut menyampaikan ucapan selamat menyambut Hari Raya Idul Adha 1444 H atas nama pemerintah, sembari berharap agar kita senantiasa berada dalam lindungan dan ridha Allah SWT.

Ketua Komisi VIII DPR RI, Ashabul Kahfi, menyatakan pandangan serupa dengan Wamenag. Ia mengatakan bahwa perbedaan pendekatan dalam menentukan Idul Adha menunjukkan keragaman dan penafsiran terhadap ilmu falak, metode hisab, dan tradisi lokal.

Ashabul Kahfi mengungkapkan bahwa perbedaan perhitungan dan pendekatan tersebut tidak boleh memecah belah, melainkan seharusnya menyatukan dan mempererat hubungan antara umat Islam.

Ia juga mengingatkan agar semua pihak tidak terprovokasi oleh perbedaan tersebut yang seringkali tak berujung di media sosial.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan