JABAR EKSPRES- Presiden Vladimir Putin menyatakan pada Jumat (17/6) bahwa Rusia telah mengirimkan set senjata nuklir taktis pertama ke Belarus sebagai sekutu negara tetangga, yang kemungkinan akan meningkatkan ketegangan dengan Barat terkait perang di Ukraina.
Ini merupakan kali pertama Rusia menurunkan senjata nuklir di luar wilayahnya sejak pecahnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Dalam pernyataannya di sebuah forum ekonomi internasional di St. Petersburg, Putin mengungkapkan bahwa “hulu ledak nuklir telah dikirimkan ke wilayah Belarus” dan “ini adalah pengiriman pertama.”
“Kami akan menyelesaikan tugas ini pada akhir tahun,” tambahnya, sambil menekankan bahwa keputusan untuk mengirimkan senjata nuklir taktis, yang dirancang untuk serangan terbatas di medan perang, merupakan langkah pencegahan.
Belarus berbatasan dengan negara-negara NATO, termasuk Polandia, dan telah memberikan dukungan kepada Rusia dalam agresi militer, meskipun tidak terlibat langsung dalam penyerangan.
Dalam penegasannya bahwa Rusia telah memenangkan perang melawan Ukraina, Putin menekankan bahwa meskipun penggunaan senjata nuklir “teoretis memungkinkan,” hal itu hanya akan digunakan jika “ada ancaman terhadap kedaulatan Rusia.” Pernyataan tersebut disampaikan melalui seorang penerjemah.
Presiden Rusia juga mengkritik Amerika Serikat sebagai satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir untuk menyerang negara yang tidak memiliki senjata nuklir, merujuk pada pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada akhir Perang Dunia II.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, menyatakan pada Jumat di Washington bahwa mereka akan terus memantau situasi dengan cermat, namun tidak ada indikasi bahwa Rusia bersiap untuk menggunakan senjata nuklir.
“Kami tidak memiliki alasan untuk mengubah sikap nuklir kami sendiri,” katanya.
Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, yang merupakan sekutu Putin, mengungkapkan pada Selasa bahwa negaranya telah mulai menerima pengiriman senjata nuklir taktis dari Rusia, termasuk beberapa yang memiliki kekuatan tiga kali lipat dari bom atom yang dijatuhkan oleh AS di Jepang pada tahun 1945, menurut Reuters.
Selain itu, Putin memperingatkan tentang risiko anggota NATO terlibat dalam konflik akibat transfer pesawat tempur F-16 buatan AS ke Ukraina, dan menyatakan bahwa Rusia harus mempertimbangkan tindakan jika pesawat-pesawat tersebut dikerahkan di pangkalan udara di luar Ukraina dan digunakan dalam perang.