JABAR EKSPRES – Pada 31 Mei Upaya Korea Utara untuk meluncurkan satelit mata-mata pertama mereka mengalami kegagalan yang memalukan. Roket jarak jauh yang membawa satelit tersebut jatuh di lepas pantai barat Semenanjung Korea.
Pyongyang dengan terpaksa mengakui kegagalan tersebut dan berjanji untuk mencoba meluncurkan kembali dalam waktu dekat.
Satelit mata-mata ini merupakan senjata teknologi tinggi yang ingin dikembangkan oleh Kim Jong Un sebagai respons atas tindakan permusuhan yang mereka klaim dilakukan oleh AS.
Profesor di Universitas Ewha di Seoul, Leif-Eric Easley, memberikan komentar terkait kegagalan ini. Menurutnya, peluncuran ini bukanlah upaya pemulihan dari kegagalan sebelumnya, karena Korea Utara hampir pasti akan melakukan percobaan lain untuk menempatkan satelit mata-mata mereka ke dalam orbit.
Peluncuran roket ini kemungkinan merupakan protes keras Pyongyang terhadap latihan pertahanan gabungan antara AS dan Korea Selatan, sekaligus sebagai pernyataan kuasa militer Korea Utara.
Baca Juga: Iran Uji Coba Drone Bunuh Diri di Teluk tanpa Peringatan, Kapal Dagang Jadi Target!
Latihan gabungan AS-Korea Selatan tahun ini merupakan yang terbesar sejak dimulainya pada tahun 1977. Setiap putaran melibatkan 2.500 tentara dari Korea Selatan dan AS, serta dilengkapi dengan 610 aset militer termasuk jet tempur siluman, helikopter serbu, tank, dan drone dari kedua negara.
Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, bersama dengan pejabat militer senior Korea Selatan dan AS lainnya, turut mengamati latihan tersebut pada Kamis. Yoon menekankan pentingnya memiliki militer yang kuat untuk melawan dan mengalahkan musuh, bahkan membuat mereka enggan untuk menantang. Dia mengungkapkan keyakinannya bahwa hanya dengan kekuatan militer yang tangguh, kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran Republik Korea dapat terjamin.
Media pemerintah Korea Utara dengan cepat menuduh Korea Selatan dan AS menggunakan latihan menembak ini untuk memperkuat “ancaman militer, pemerasan, dan taktik perang” terhadap Korea Utara. Kritik keras ini menambah ketegangan yang sudah ada di antara kedua Korea dan AS.
Situasi ini menunjukkan betapa tegangnya hubungan antara Korea Utara, Korea Selatan, dan AS. Setiap tindakan dan pernyataan dianggap sebagai langkah dalam pertempuran yang kompleks ini.