BANDUNG – Komunitas Kampung Cibarani tetap bertahan dan melestarikan lingkungan, meskipun kini pengurusnya hanya tersisa 6 orang. Komunitas yang terletak di bantaran Sungai Cikapundung ini berdiri sejak tahun 2020 yang lalu. Pada mulanya, anggota komunitas ini berjumlah 20 orang.
“Anggotanya sendiri untuk yang masih aktif itu sekitar 6 orang,” kata Erland Fabian (22) saat dihubungi Jabarekspres.id, belum lama ini.
Dalam kegiatannya pada isu-isu lingkungan. Komunitas Kampung Cibarani ini memiliki tujuan selaras dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pecepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.
“Dengan membuat komunitas ini, istilahnya ingin mendukung juga Program Citarum Harum,” ucapnya.
Kampung Cibarani menjadi salah satu penyumbang oksigen terbanyak untuk kehidupan masyarakat Kota Bandung. Maka, amat lah penting untuk menjaga kondisi alam Kampung Cibarani ini tetap baik.
Kendati begitu, alasan Komunitas Kampung Cibarani ini terbentuk, yakni lantaran masih banyak masyarakat kampung tersebut yang masih membuat sampah ke Sungai Cikapundung.
Lantas salah satu tujuan Komunitas Kampung Cibarani ini adalah mengedukasi masyarakat.
Selanjutnya, Erlan menunuturkan, masih banyak ditemui Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kampung Cibarani. Komunitas ini, ingin memanfaatkan RTH yang masih terjaga itu menjadi suatu ruang publik yang bisa digunakan untuk hal-hal positif.
“Kampung Cibarani kan karakteristiknya, masih terdapat lumayan banyak RTH. Di mana kita mau memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau itu menjadi, ruang publik untuk edukasi, urban farming, dan kegiatan masyarakat lainnya,” tuturnya.
Kampung Cibarani juga menjadi satu dari sekian destinasi wisata di Kota Bandung. Tetapi, berbeda dengan destinasi wisata alam yang ada di wilayah Bandung lainya. Pengunjung yang hendak berwisata ke Kampung Cibarani, akan mendapatkan edukasi tentang bagaimana menjaga alam.
Edukasi tersebut lah yang disampaikan oleh Komunitas Kampung Cibarani. Nama sebenarnya dari komunitas ini adalah Kumpulan Masyarakat Kreatif Kampung.
“Kita bukan tempat wisata yang istimewa, seperti Lembang, Ciwidey, dan lain sebagainya. Cuman, kita coba memanfaatkan salah satu kelebihan yang kita punya, ruang terbuka hijau, adanya sungai. Bagaimana sih kita merawat sungai itu sebagaimana mestinya dulu gitu,” ucapnya.