JABAR EKSPRES- Bentrokan kekerasan antara militer Sudan dan milisi Pasukan Dukungan Cepat (RSF) kembali terjadi di ibu kota Sudan, Khartoum, pada hari Selasa, menurut beberapa saksi mata.
Mereka melaporkan adanya suara tembakan senjata artileri, senjata berat, dan senjata ringan di Kota Bahri, yang terletak di sebelah selatan ibu kota. Pesawat militer juga terlihat terbang di atas kota tersebut.
“Para saksi mata melaporkan bahwa pesawat militer menyerang pasukan RSF yang berada di jalan-jalan dan di area perumahan,” ujar seorang saksi mata kepada kantor berita Anadolu.
Saat ini belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak yang terlibat mengenai bentrokan tersebut.
Pertempuran antara kedua kelompok ini kembali pecah pada hari Senin setelah gencatan senjata selama 24 jam yang dimediasi oleh Amerika Serikat dan Arab Saudi berakhir. Menurut tim medis, sekitar 1.000 orang tewas dan ribuan orang lainnya terluka sejak bentrokan antara militer dan RSF ini terjadi sejak bulan April.
Gencatan senjata sebelumnya sering kali dilanggar, dan kedua pihak saling menuduh melanggar kesepakatan tersebut.
Perbedaan pendapat antara kedua pihak yang bertikai mengenai integrasi RSF ke dalam militer semakin memanas dalam beberapa bulan terakhir. Integrasi ini menjadi persyaratan utama dalam kesepakatan transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.
Sudan telah mengalami ketidakstabilan pemerintahan sejak tahun 2021 setelah militer membubarkan pemerintahan sementara yang dipimpin oleh Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat. Langkah militer ini mendapat kecaman dari kekuatan politik di negara tersebut yang menyebutnya sebagai “kudeta”.
Masa transisi Sudan yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar Al Bashir semula direncanakan akan berakhir dengan pemilihan umum awal tahun 2024.