JABAR EKSPRES – Ada kabar mengejutkan dari pihak Amerika Serikat terkait Kuba dijadikan markas mata-mata China. Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengungkapkan kekhawatiran mereka kepada pemerintah Kuba.
Meski hubungan antara Washington dan Beijing sedang tegang, Presiden Joe Biden tetap berkomitmen untuk menjaga jalur komunikasi terbuka.
Seperti yang kita tahu mengutip dari the Guardians bahwa markas besar US Central Command, yaitu Fort Liberty, menjadi basis militer terbesar di negara ini. Kabarnya, Kuba dan China telah mencapai kesepakatan prinsip, dengan China setuju membayar miliaran dolar AS.
Jika benar, ini bukan kali pertama China berusaha memata-matai komunikasi elektronik Amerika Serikat, yang juga dikenal sebagai intelijen sinyal. Baru-baru ini, terdapat laporan bahwa sebuah balon mata-mata Cina diduga melakukan transit di wilayah Amerika Serikat. Balon tersebut dikatakan mampu mengumpulkan sinyal intelijen.
Melansir dari berbagai sumber Kirby menjelaskan bahwa laporan tersebut tidak akan mempengaruhi rencana kunjungan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke China akhir pekan ini.
Baca Juga: Bali Police Dismantles International Drug Network Involving Russian Foreigners
“Kami memahami bahwa hubungan bilateral dengan China saat ini sedang tegang, tetapi fakta bahwa Presiden ingin menjaga jalur komunikasi terbuka dengan Republik Rakyat Tiongkok tidak berubah,” kata Kirby kepada wartawan.
Sebelumnya, The Wall Street melaporkan bahwa pejabat Amerika Serikat secara anonim menyebut adanya operasi mata-mata baru yang dilakukan oleh China di Kuba. Menurut pejabat tersebut, operasi ini sudah berlangsung sejak 2019 dan merupakan bagian dari upaya China untuk meningkatkan kemampuan intelijennya secara global.
Menyikapi hal ini, Menteri Luar Negeri Antony Blinken menyatakan bahwa kegiatan China di Kuba merupakan bagian dari upaya mereka untuk memperluas kehadiran di luar negeri. Namun, tindakan yang diambil oleh pemerintahan Biden telah “memperlambat upaya ini.”
Sementara itu, China telah membantah tudingan bahwa mereka menggunakan Kuba sebagai pangkalan markas mata-mata China.