JABAR EKSPRES — Permasalahan pelayanan publik di Kota Bandung masih belum selesai, termasuk efesiensi halte atau shelter Trans Metro Bandung (TMB) yang dibiarkan kotor serta tidak terawat di beberapa titik jalur jalan.
Berdasarkan data yang didapatkan oleh JabarEkspres.com, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung pada 2022 lalu melakukan pembongkaran pada 21 halte yang banyak rubah fungsi dari awal. Dari 272 halte menjadi 251 halte yang tersisa.
Terbengkalainya halte atau shelter bus ini tentu dilatari oleh beberapa faktor, salah satunya kedisiplinan bus yang tidak berhenti di tempat yang seharusnya.
Baca juga: Tren Artis Nyaleg, Begini Tanggapan Warga hingga Kepala Daerah di Bandung Barat
“Halte bus di Bandung tidak pernah dirawat salah satu alasannya itu, bus tidak berhenti di halte, halte bus ini bagian pelayanan angkutan umum, jadi kalau kita ingin memberikan pelayanan umum yang lebih baik, salah satu syarat yang harus kita benahi adalah masalah halte bus,” ucap Pakar Transportasi ITB Sony S Wibowo saat dihubungi oleh Jabarekspres, Selasa 30 Mei 2023.
Menurutnya,supir perlu untuk berhenti di halte itu agar bisa menghindari konflik yang tidak diinginkan di jalan selain penerapan disiplin angkutan umum. Seperti beberapa waktu yang lalu terjadi kasus pemukulan terhadap supir bus yang tidak menurunkan penumpang di bus.
“Supir busnya diajarkan, harus berhenti di halte. Contohnya Trans Metro Pasudan itu kan memang dikelola oleh Pemprov Jawabarat nah yaitu salah satu kewajibannya dari supir. TMP itu berhentinya di halte, tidak boleh menurunkan penumpang tidak di halte,” jelasnya
Selain itu, kata Sony, banyaknya halte yang terbengkalai bahkan sampai dibongkar disebabkan tidak sesuai dengan rute bus yang ada, bahkan koridornya pun tidak dikembangkan akhirnya fungsinya pun beralih menjadi tempat pengamen atau pengemis untuk diam di sana.
” halte-halte itu dibangun tidak sesuai dengan rute bus yang ada. Ada beberapa halte bus yang dibangun tapi rute bisnya gak ada. Jadi aneh,” sebutnya
“Koridornya belum dijalankan, tapi haltenya sudah dibangun. Jadi terbengkalai dan mangkrak jadi tempat pengamen, pengemis, dan segala macam,” sambungnya.