JABAR EKSPRES- Sekertaris umum PP Muhammadiyah serta Ketua Lembaga Kajian dan Kemitraa Strategis PP Muhammadiyah melakukan penelitian dan menemukan fenomena Kristen Muhammadiyah.
Penelitian ini telah di susun menjadi buku dengan judul Kristen Muhammadiyah. Buku tersebut telah di bedah pada hari senin minggu lalu.
Dilansir dari wibsite resmi Muhammadiyyah, Fenomena kristen Muhammadiyah ini merupakan orang-orang yang beragama Kristen namun menjadi simpatisan Muhammadiyah.
Fazar Riza Ulhaq sebagai ketua LKKS PP Muhammadiyah menjelaskan, bahwa buku yang di susunya itu menjelaskan tentang toleransi yaang berada di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertiggal)
Daerah yang termasuk 3T itu adalah Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Kalimantan Barat. Didaerah mereka fenomena ini di sebut dengan KrisMuha.
Asal-usul munculnya fenomena ini berasal dri adanya interaksi yang cukup intens antara orang muslim muhammadiyah dan kristen baik di lingkungan rumah, maupun di lingkungan sekolah.
Namun keadaan tersebut sama sekali tidak menghilangkan identitas mereka sebagai orang kristen yang taat terhadap agamanya.
“Namun, perlu dicatat bahwa interaksi tersebut tidak menghilangkan identitas mereka sebagai penganut agama Kristen yang taat,” kata Fajar dikutip dari website resmi Muhammadiyah, Minggu (28/5).
Setelah di telusuri oleh Fajar, ternyata masyarakat Indonesia memilki ketertarikan dan antusias yang tinggi terhadap fenomena ini.
“Inilah kontribusi Muhammadiyah dalam membangun generasi Indonesia yang lebih toleran, inklusif, dan terbiasa hidup bersama dalam perbedaan,” Tutur Fajar menambahkan.
Hal itu tidak menimbulkan konflik yang kicruh diantara kedua belah pihak. Karena fenomena ini dilihat sebagai bentuk toleransi antar agama.
Namun dalam pandangan netizen hal ini malah menjadi bahan perdebatan. Berikut ungkapan-ungkapan netizen yang telah kami kutip dari media Twitter.
“Dari dulu sudah ada siswa non muslim yang bersekolah di yayasan Muhammadiyah tetap mendapatkan pendidikan agama yang mereka anut. Jadi apa urgensinya Muhammadiyah varian baru?” ungkap akun twitter @HisyamMochtar.
“Buku tentang mereka yang bersekolah di Muhammadiyah. Tidak ada pencampuran ajaran agama. Umat lain bisa Merasakan Kebaikan nilai islam. Kayaknya pemilihan kata varian yang kurang pas” ujar akun @adhiMID.