Jabar Ekspres – Saritem sebagai area lokalisasi, masih begitu melekat di wajah Kota Bandung. Tempat yang telah hadir sejak jaman Hindia Belanda ini begitu melegenda, yang mana lokasi tersebut banyak di penuhi oleh Pegawai Seks Komersil (PSK) beragam rentang usia.
Namun pada tahun 2007 silam, kawasan Saritem resmi ditutup dibawah masa pemerintahan Wali Kota Bandung, Dada Rosada.
Penertiban tak serta merta berjalan mulus, aksi demontrasi mewarnai penutupan area lokalisasi ini. Warga menilai pemerintah tebang pilih, terkait penutupan area prostitusi di wilayah Kota Bandung.
Lama tertidur namun masih melekat dengan area prostitusi pada diri masyarakat, penemuan mengejutkan berhasil diungkap oleh Polrestabes Kota Bandung.
BACA JUGA: Polresta Bogor Bongkar Praktik Prostitusi Online di Tiga Lokasi ini, Korbannya Dibawah Umur!
Dalam razia dilakukan pada Kamis 18 Mei pukul 22.00 malam, Satreskrim Polrestabes Bandung berhasil mengamankan 31 orang, dengan diantaranya 29 PSK dan dua mucikari. Hal ini mengindikasikan bahwa sejatinya, praktik prostitusi masih terus hidup di wilayah Kota Bandung.
Lantas mengapa hal ini terus terjadi? menurut Lutfi Irwansyah dalam jurnal yang berjudul Kemiskinan, Keluarga, dan Prostitusi Remaja menyebutkan, kemiskinan dan pemerataan pendapatan menjadi indikasi para PSK masih melakoni kegiatan terselubung ini.
Lebih dari itu, faktor sosial ekonomi dan gaya hidup menjadi faktor penguat seseorang untuk terus menghasilkan pundi-pundi rupiah lewat cara instan lewat kegiatan pelacuran.
Mengacu pada alasan tersebut, tetap kegiatan ini tidak dapat dibenarkan. Menurut Pelaksana Harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna, hal ini tentunya sangat bertentangan dengan aspek hukum dan negara, apalagi Indonesia sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi nilai keagamaan.
“Razia saritem harus di dukung kesejahteraan dan penertiban harusnya dipatuhi jangan ada lagi perilaku yang bertentangan dengan aspek hukum, agama dan negara,” kata Ema, 23 April 2023
“Dimata kami dari dulu saritem sudah selesai dan disana kan ada transformasi perilaku dan spirit memperbaiki aspek moralitas untuk karena itu kan ada yang negatif,” tambahnya
BACA JUGA: “The Idol” Menerima Kritik Negatif: Ide Sampah yang Tidak Masuk Akal