JABAR EKSPRES – Ahli epidemiologi dokter Tifauzia Tyassuma atau lebih dikenal dengan dokter Tifa diduga senada dengan Persaudaraan Alumni (PA) 212 yang menyatakan penolakan terhadap konser Coldplay di Jakarata pada 15 November 2023 mendatang.
Baru-baru ini sosok dokter Tifa menjadi soroatan publik lantaran ia diduga mengungkapkan penolakannya terhadap konser Coldplay di Jakarta.
Melalui cuitan di Twitter, dokter Tifa diduga menyampaikan penolakannya terhadap konser Coldplay yang akan digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta pada 15 November 2023 mendatang.
BACA JUGA: Pelaku Penipuan Tiket Konser Coldplay Jakarta Diringkus Polisi, Pasutri Ini Rugikan Korban hingga Rp257 Juta
Awalnya, ia tidak mempermasalahkan digelarnya konser yang mengharuskan penonton membayar mahal untuk menyaksikannya.
“Band mau konser? Silakan. Penonton bayar mahal pakai kartu kredit, paylate, pinjol, silakan. Suka-suka kalian,” katanya.
Akan tetapi, lanjutnya, ia tidak mendukung band yang menyalahi nilai-nilai agama.
“Ketika sebuah band, nyata-nyata mendukung bahkan mempromosikan gaya hidup yang dilaknat Allah SWT, gaya hidup yang membuat manusia tersesat dan dekat dengan iblis.
BACA JUGA: Kisruh Penolakan Coldplay Masih Bergulir, Habib Jafar Bakal Tetap Nonton Konser Chris Martin Cs?
Ini yang harus jelas-jelas kita tolak!” katanya menegaskan, dikutip JabarEkspres.com dari akun Twitter dokter Tifa pada Selasa, 23 Novemebr 2023.
Meski tidak disebutkan band apa yang dimaksud oleh sang dokter, akan tetapi netizen menduga bahwa penolakan tersebut ditujukan terhadap konser Coldplay bertajuk Music of The Spheres yang akan digelar di Jakarta.
Tidak hanya itu, ia juga menilai bahwa pemerintah harus bijaksana dalam melihat hal tersebut.
“Pemerintah seharusnya arif dan bijaksana melihat ini. Mereka datang cari uang di negara ini,” tulisnya.
“Kabarnya sekali konser mereka akan dibayar Rp88 miliar! Dari mana uang itu? Dari tiket yang dibayar ribuan rakyat dengan kartu kredit, dengan paylater, dengan pinjol!” katanya, menambahkan.
Selain itu, ia juga menilai digelarnya band tersebut dapat merusak bangsa dengan kampanye perilaku amoral dan merusak akidah.
“Lalu, dengan yang Rp88 miliar yang mereka dapat, mereka pun masih mau merusak bangsa ini dengan kampanye perilaku amoral dan merusak akidah semua agama,” lanjutnya.