JABAR EKSPRES – Kenaikan kasus Raja Singa pada anak menjadi concern tersendiri bagi Kementerian Kesehatahn (Kemenkes) RI. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kasus penyakit ini di Indonesia yang dipicu kurangnya penanganan dan pengobatan terhadap ibu hamil.
Hingga saat ini, pengobatan terhadap ibu hamil yang mengidap Raja Singa hanya berkisar di angka 40 persen dari total kasus yang ada. Sementara, 60 persen lainnya yang tidak mendapatkan pengobatan membawa imbas bagi anak yang dikandungnya sehingga terlahir cacat. Bahkan yang paling fatal adalah bisa terjadinya kematian.
BACA JUGA: Ibu Hamil Mengidap Raja Singa, Bagusnya Lahiran Normal atau Caesar agar Anak Tidak Tertular?
Andy Setiawan, SpA. selaku dokter spesialis anak memaparkan bahwa ada banyak gejala yang dialami oleh anak yang terinfeksi Sifilis. Hal itu bisa mulai dari gangguan pendengaran, kelaianan pada batang hidung, hingga gangguan pada otaknya.
Apakah Penyakit Raja Singa dapat Disembuhkan?
Berdasarkan penjelasan dari dr. Andy Setiawan, SpA., anak yang mengidap Sifilis masih dapat disembuhkan. Akan tetapi, kecacatan karena penyakit itu tidak dapat disembuhkan sehingga akan mengalami cacat seumur hidup.
BACA JUGA: Kasus Raja Singa Ngamuk di RI, Usia dan Daerah Ini Paling Banyak Kasusnya
“Ketika anak telah terinfeksi Sifilis, dia akan cacat seumur hidup. Infeksinya dapat disembuhkan, tapi cacat yang sudah terjadi tidak dapat diapa-apakan lagi,” jelas dr. Andy Setiawan, SpA.
Oleh karenanya, sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan penyakit ini sedini mungkin (awal kehamilan) agar dapat dilakukan pencegahan terhadap penyakit tersebut.
“Jika ada anak yang lahir dengan sifilis, harus segera ditangani dan diobati. Hal ini mencegah terjadinya risiko yang lebih fatal akibat infeksi tersebut,” tandasnya.
BACA JUGA: Kenali Gejala Penyakit Raja Singa yang Sedang Merebak di Indonesia
Kesimpulan
Penyakit Raja Singa dapat disembuhkan, namun tidak dengan kecacatan yang telah terjadi. Ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan terhadap janin yang diidapnya sedini mungkin, jika bisa di awal kehamilan. Hal ini dilakukan agar pencegahan penyakit menular seksual ini dapat ditangani. (*)