JabarEkspres.com – Revitalisasi Jembatan Otto Iskandardinata (Otista) Kota Bogor akhir-akhir ini terus menuai kritik dan saran dari sejumlah kalangan.
Tak sedikit masyarakat yang menyarankan pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor agar mengambil opsi untuk membangun jembatan Bailey atau jembatan sementara penyebrangan orang, seiring berlangsungnya progres pembangunan yang saat ini sudah memasuki tahap pembongkaran.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor, Rena Da Frina akhirnya angkat bicara. Menurutnya, hal itu bukanlah opsi yang tepat jika melihat situasi dan kondisi khususnya di lokasi pengerjaan jembatan Otista.
Dirinya menyebut, ada sejumlah alasan kenapa hingga saat ini Pemkot Bogor tak memilih opsi tersebut. Selain masalah keselamatan, yang paling utama adalah terbatasnya lahan di lokasi proyek senilai Rp49 miliar tersebut.
“Luasan penampang Jembatan Otista terbatas. (Sebelah) kiri langsung dengan pemukiman warga, dan kanan lahan konservasi Kebun Raya,” ungkapnya dikutip Minggu, 7 Mei 2023.
Pihaknya menimbang, jika tetap memaksakan dibangun jembatan Bailey, jelas akan berdampak terhadap aktivitas di area pengerjaan yang luasannya terpangkas.
Sebab, sambung dia, hadirnya jembatan Bailey pasti akan memakai ruas dari jembatan Otista yang akan dibangun tersebut. Artinya, ruang atau area kerja menjadi sangat terbatas.
“Akan berpengaruh pada alat-alat berat yg akan digunakan untuk pembangunan jembatan” tuturnya.
Mantan Camat Bogor Timur itu menambahkan, hal itu juga dikhawatirkan berdampak terhadap pihak kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan dengan target rampung sekitar 7,5 bulan.
“Akan ada lalu lalang kendaraan atau orang, dan potensi untuk antri atau titik keramaian orang atau kendaraan, itu akan mengganggu dan menghambat pekerjaan kami dilapangan,” serunya.
Rena menegaskan, bahwa pihaknya tak ingin terlalu mengambil resiko dalam menjalankan tugas, terlebih jika nantinya berujung fatal.
Dalam hal ini, alasan keselamatan (K3) di lokasi proyek adalah menjadi yang utama. Karena, banyak aktivitas alat-alat berat yang memiliki bahaya resiko tinggi terhadap keselamatan orang ataupun kendaraan.
“Untuk itu kami pasang pagar proyek agar lokasi proyek bisa steril dari yg lain kecuali pekerja,” sebutnya