Adu Kuluwung Sukamakmur: Merawat Tradisi Lima Tahun Sekali

JABAR EKSPRES – Suara dentuman meriam terdengar ditelinga saat melintas di Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Suara itu seperti ledakan perang meramaiakan acara tradisi pesta rakyat yang digelar di dua desa yakni Desa Sukamulya dan Desa Sukamakmur setiap lima tahun sekali.

Ribuan masyarakat dari berbagai daerah pun sangat antusias menyaksikan adu kuluwung atau meriam yang terbuat dari pohon randu maupun pohon kapuk.
Wakil ketua panitia Ahmad Sukirman menjelaskan, adu kuluwung ini dinamakan pesta rakyat yang digelar pasca hari raya Idul Fitri.

“Kegiatan ini tidak rutin dilakukan setiap tahun, tetapi harus ada kesepakatan kedua pihak (antar desa),” katanya kepada Jabarekspres.com, Kamis 4 Mei 2023.

Pohon randu atau pohon kapuk ini berasal dari beberapa wilayah seperti, Jonggol, Cariu dan Babakan Madang, namun ada juga hasil dari kebun warga Sukamakmur.

Ia menjelaskan, bahwa festival adu kuluwung ini diawali sejak tahun 1967 yang merupakan warisan budaya dari pada leluhur terdahulu.

“Tradisi ini mesti dirawat dan terus dilestarikan hingga anak cucu kita nantinya,” tambahnya.

Untuk jumlah kuluwung yang diiku sertakan dalam pesta rakyat itu sebanyak 110 kuluwung dengan dimensi ukuran yang berbeda-mulai dari yang kecil sampai ukuran jumbo.

“Rata-rata kuluwung ini ukuran itu yang besar 11 meter lebar 3 meter, untuk ukuran kecil itu panjang 2 meter dan lebar 1 meteran,”lanjutnya.

Mantan Sekdes Desa Sukamakmut itu mengatakan, tujuan adu kuluwung itu daalam rangka menjalin tali silaturahmi, mempersatukan antar kelompok antar golongan dan hiburan.

Meski adu kuluwung ini ada dampak bahayanya, para panitia sudah melakukan antisipasi dari jauh-jauh hari agar acara aman dan nyaman.

“Kita sudah mengantisipasi agar tidak ada peristiwa hal hal yang tidak diinginkan, untuk penonton jarak radius harus 50 meter yang punya bayi atau sakit diungsikan dulu ke tetangga yang rumah nya jauh dari tempat adu kuluwung,”ucapnya.

Tradisi adu kuluwung tahun ini berbeda dengan tahun 2019. Di tahun ini tradisi berjalan lebih meriah dan memakan anggaran yang tidak kecil yakni 1,5 M.

“Kalo kita akumulasi secara keseluruhan anggaran satu wilayah hampir satu miliar, mulai dari persiapan akomodasi dan pembelian karbit itu sendiri,Jika diuangkan itu bisa satu kuluwung 8 juta. Penggunaan karbit satu hari sebanyak 1,5 ton,”tungkasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan