Karakter orang Sunda berpegang teguh pada budaya
Orang Sunda diakui sebagai suku yang sangat memegang teguh nilai-nilai budaya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kebudayaan Sunda masih tetap terjaga hingga saat ini.
Kebudayaan Sunda bukan hanya terpelihara oleh masyarakat di Jawa Barat, tetapi juga oleh orang Sunda yang tinggal di wilayah lain bahkan di luar negeri. Mereka tetap mempertahankan budaya mereka dan bahkan memperkenalkannya kepada masyarakat dari berbagai suku yang berbeda.
Sulit mengucapkan F dan V
Orang Sunda biasanya mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata yang diawali dengan huruf F atau V, dan seringkali menggantinya dengan huruf P. Sebagai contoh, kata “fitnah” menjadi “pitnah”, “voli” menjadi “poli”, “film” menjadi “pilem”, “foto” menjadi “poto”, dan “favorit” menjadi “paporit”.
Agustin Purnawan, Ketua Kelompok Studi Budaya (KSB) Sunda “Rawayan”, menjelaskan bahwa alasan utama di balik fenomena ini adalah karena dalam bahasa Sunda, baik secara lisan maupun tulisan, tidak terdapat huruf atau pengucapan F dan V, dan bukan hanya dua huruf tersebut saja.
Suka mengucapkan imbuhan Teh, Mah , Atuh, Da, Euy dan Sok
Jika Anda berbicara dengan orang Sunda, Anda pasti akan mendengar imbuhan-imbuhan seperti “teh”, “mah”, “da”, “atuh”, “euy”, dan “sok”. Meskipun terkadang kata-kata tersebut tidak memiliki arti tertentu jika dihilangkan, namun orang Sunda tetap menggunakannya sebagai identitas dan kebiasaan mereka. Selain itu, logat Sunda juga memiliki ciri khas seperti nada tertentu.
Tidak Suka Merantau
Banyak yang mengatakan bahwa orang Sunda cenderung tidak suka merantau. Mereka lebih memilih mencari pekerjaan di daerah asalnya. Ketika merantau ke daerah lain, orang Sunda sering merindukan rumah dan ingin segera kembali. Berbeda dengan orang Jawa, yang cenderung lebih tahan untuk merantau. Mungkin hal ini karena orang Sunda merasa nyaman berada di lingkungan dengan mayoritas orang Sunda.
Itulah sederet fakta, karakter dan kebiasaan orang Sunda yang banyak mengundang sterotip di masyarakat Indonesia. Etnis dan suku manapun tentu harus menjunjung tinggi kebudayaan yang luhur dan bermartabat.