JABAREKSPRES – Idul Fitri tahun 2023 kali ini apakah tidak akan terjadi perdebatan antar ormas dan kelembagaan seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini bisa dilihat dari pelaksanaan awal puasa yang juga serentak di tanggal yang sama.
Biasanya antara NU dan Muhammadiyah selalu terjadi perbedaan pelaksanaan awal puasa atau Idul Fitri. Meski hanya berselisih satu hari.
Namun pada tahun ini, diprediksi pelaksanaan Idul Fitri akan serentak sama karena didasarkan awal puasa yang sama pula. Akankah Ramadhan akan jatuh tepat 30 hari.
Sehingga bila awal puasa kemarin dimulai pada tanggal 23 Maret 2023, maka Hari Raya Idul Fitri diperkirakan akan jatuh pada tanggal 22 April 2023.
Meski begitu, Penentuan 1 syawal tetap harus berdasarkan sidang isbat yang biasanya akan dilakukan sehari sebelumnya oleh Pemerintah.
Hasil pembahasan sidang Isbat ini merupakan hasil dari laporan perhitungan hilal dibeberapa daerah.
Metode penghitungan hilal yang biasa dilakukan di Indonesia ada dua cara, yakni metode Hisab dan metode Rukyat.
Metode Hisab yaitu merupakan metode yang menggunakan perhitungan matematis berdasarkan perhitungan benda langit seperti bulan, matahari dan bumi.
Sedangkan metode Rukyat, merupakan pengamatan terhadap bulan sabit muda yang dengan melihat menggunakan mata telanjang, ataupun melalui alat bantu seperti teleskop atau lainnya, baik seorang ataupun beberapa orang.
Dua metode tersebut sudah diterapkan oleh lembaga keagamaan di Indonesia sendiri, seperti Muhammadiyah yang menerapkan metode Hisab.
Pemerintah sendiri, menerapkan metode Rukyat yang merupakan perhitungan awal bulan berdasarkan penampakan bulan sabit muda yang menjadi pertanda awal bulan.
Berdasarkan kalender di tahun 2023, Hari Raya Idul Fitri sudah diperkirakan akan jatuh pada tanggal 22 – 23 April 2023, meskipun nantinya memungkinkan akan berubah lagi saat Sidang Isbat nanti.