Mencuat Isu Bakal Nyalon Bupati KBB, Spanduk Wakil Bupati Banten Mulai Bertebaran di Bandung Barat

JABAR EKSPRES – Sejumlah spanduk Wakil Bupati Serang, Banten Pandji Tirtayasa, bertebaran di beberapa titik lokasi jalan protokol yang ada di Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Berdasarkan pantauan di lapangan, pada Senin (20/3) tercatat ada lima spanduk yang terpasang di dua wilayah yang ada di KBB, di antaranya di Kecamatan Cisarua dan Parongpong

Spanduk berukuran besar tersebut di antaranya terpampang di depan Kantor Desa Jambudipa, di Jalan Simpang Kolmas dan Pasirhalang, dan juga pertigaan Universitas Advent.

Sejauh ini, memang nama Wakil Bupati Banten itu banyak digembar-gemborkan bakal maju di Pilkada KBB mendatang.

Maka kehadiran spanduk Pandji Tirtayasa yang juga merupakan salah seorang tokoh pemekaran KBB tersebut, tentunya dikaitkan dengan Pilkada KBB tahun 2024.

Hal tersebut dipertegas dengan tulisan di spanduk yang mencantumkan ‘Putra Daerah Asli Cipeundeuy KBB’. Kemudian ‘Niat Tulus Suci Babakti Ka Lemah Cai, Masihan Bukti Sanes Jangji-Jangji’. Lalu dipertegas dengan tulisan ‘Ulah Poho’ dan terdapat juga tulisan Relawan Kang Pandji (Rekap).

Apalagi selama ini namanya selalu disebut-sebut layak untuk kembali ke daerah asal dan memimpin KBB. Ditambah adanya spanduk tersebut, yang membuat masyarakat langsung berpersepsi jika tokoh pemekaran KBB itu akan maju menjadi calon bupati KBB di Pilkada 2024.

Menaggapi hal tersebut, pengamat Politik Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani), Arlan Sidha menilai hal itu sangat wajar.

Apalagi figur Pandji Tirtayasa yang bukan orang baru, karena ia adalah tokoh politik syarat pengalaman di birokrasi karena saat ini menjabat Wakil Bupati Serang.

”Semua itu hal yang wajar (maju bupati), tapi kan prosesnya masih panjang. Harus kerja keras meraih simpati masyarakat dan yang terpenting rekom dari partai sebagai kendaraan saat maju nanti,” ungkapnya, Senin (20/3).

Dirinya pun tidak mempermasalahkan terkait pemimpin dari kalangan muda atau tua, sebab ada kelemahan dan kelebihannya masing-masing.

Menurutnya, kondisi itu wajar terjadi di perpolitikan nasional, namun akhirnya parpol akan menyerahkan mekanisme nya ke masing-masing partai.

”Ada yang matang pengalaman tapi minim kreativitas, di sisi lain ada yang minim pengalaman tapi kreativitasnya tinggi. Sehingga idealnya ada kolaborasi antara figur syarat pengalaman dengan figur yang punya kreativitas,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan