Marak Tawuran Pelajar di Jabar, Ini Kata Guru Besar UPI

BANDUNG – Aksi tawuran pelajar di Jawa Barat kian memprihatinkan. Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Cecep Darmawan menyarankan penambahan kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) untuk menjadi wadah penyaluran energi dan aktualisasi siswa.

Cecep secara pribadi juga prihatin dengan kondisi tersebut. Menurutnya hal itu perlu menjadi peringatan bagi sekolah, pemerintah daerah hingga para tokoh masyarakat di Jawa Barat. “Maraknya kekerasan bahkan bisa dibilang sampai tindak kejahatan pelajar menandakan lingkungan sedang tidak steril,” katanya kepada Jabar Ekspres, Minggu (12/3).

Cecep menambahkan, maraknya tawuran pelajar juga menjadi peringatan untuk evaluasi terhadap implementasi pendidikan karakter yang telah dilaksanakan bagi para pelajar. Termasuk perlunya peningkatan peran pengawasan dari sekolah, orang tua termasuk kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat.

Menurut Cecep, penambahan kegiatan ekskul di sekolah bisa menjadi salah satu solusi untuk meredam maraknya tawuran pelajar. Tawuran terjadi karena ada waktu dan ruang bagi pelajar setelah pulang sekolah. Dengan penambahan ekskul maka energi dan aktualisasi pelajar akan tersalurkan di ruang positif itu. “Ini untuk mengerem energi siswa yang disalurkan di luar sekolah,” jelasnya.

Teknisnya, dalam kegiatan ekskul itu bisa ditambahkan untuk memperkuat pendidikan karakter siswa. Ekstrakurikuler juga tetap memperhatikan minat dari masing-masing siswa. “Agar mereka (siswa, red) senang di sekolah. Banyak energi tersalurkan di sekolah,” imbuhnya.

Konsekuensi dari penambahan ekskul itu tentu menambah juga jam kerja dari para guru. Karena itu dinas terkait atau pemerintah juga perlu menyiapkan anggaran tambahan untuk kesejahteraan para guru yang terlibat dalam ekskul.

Masih kata Cecep, berkaitan dengan hal tersebut juga perlu menjadi evaluasi bagi Dinas Pendidikan (Disdik) di Jawa Barat. Cecep juga menyarankan agar Disdik bisa menghadirkan ekskul dan pendidikan karakter yang memiliki nilai muatan lokal.

Saat ini juga terlalu sibuk untuk gonta – ganti casing kurikulum pendidikan. “Apapun konsepnya yang utama adalah di implementasikan dengan baik. Perlu mengena pada substansi pendidikan. Termasuk pendidikan karakternya,” ucap Cecep.

Cecep juga menduga fenomena maraknya tawuran saat ini bisa juga disebabkan karena kurang optimalnya proses pendidikan karena pandemi Covid-19. Selama pandemi, pelajar banyak berkegiatan secara online. Sehingga pendidikan karakter minim. “Saya menduga ada pengaruhnya, hanya seberapa besar perlu riset khusus,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan